Krisdayanti yang transparan, Krisdayanti juga yang disoroti. Itulah dilema sang Wakil Rakyat yang baru pertama kali meniti karir politiknya di Senayan. Lalu apa yang bisa dijadikan pelajaran bagi elit politik dalam berkomunikasi di ruang publik.
Krisdayanti mungkin tidak menyangka pernyataannya soal besaran gaji Anggota DPR RI menjadi pemberitaan nasional dan merepotkan semua pihak. Setidaknya itu yang ia sampaikan saat memberikan klarifikasi kepada Fraksi PDI Perjuangan DPR RI terkait pernyataannya.
Dirinya akhirnya meminta maaf kepada Fraksi atas pernyataan yang menimbulkan kegaduhan dan dinilai tidak pantas disampaikan dalam kondisi pandemi saat ini.Â
Krisdayanti seperti baru tersadar inilah politik. Dimana salah berkomunikasi di ruang publik, bisa turut memberi citra negatif. Bukan saja bagi dirinya serta Lembaga tempatnya bekerja, tapi juga Partai Politik yang dinaunginya.
Krisdayanti sesungguhnya tidak harus disalahkan amat, hanya karena pernyataannya soal besaran gaji Anggota Dewan menimbulkan kegaduhan.Â
Karena sebagai seorang politisi sudah menjadi tugasnya untuk menyampaikan transparansi di ruang publik. Termasuk soal besaran gaji yang diterima setiap bulannya.
Setidaknya pembelaan disampaikan Akbar Faizal atas keberanian Krisdayanti untuk bersikap transparans dalam perbincangan di podcash yang dipandunya.Â
Menurut Akbar, keberanian Krisdayanti seharusnya diapresiasi. Karena sudah mau transparan dan publik jadi tahu soal besaran gaji Anggota DPR RI.
Krisdayanti memang tidak salah, tapi ada dua hal yang diabaikan saat dirinya tampil berkomunikasi di ruang publik. Pertama, apakah relevan jika dirinya menyampaikan besaran gaji dan tunjangan yang diterima, disaat rakyat lagi susah karena pandemi yang berkepanjangan.