Yang menarik pada tulisannya yang diposting di medsos tanggal 6 Mei 2021 yang berjudul " Maaf Sekedar Mengingatkan Bapak Presiden Jokowi" Â ia menyampaikan, mumpung negara mengirim pasukan besar besaran ke Papua untuk menghancurkan para kelompok teroris, agar pasukan yang sama juga dikirim ke Poso, Sulawesi Tengah menghancurkan kelompok teroris di sana.
Sebaris paragraf yang ditulisnya menyebutkan, akhir tahun 2020 lalu, satu keluarga di Sigi, Sulteng dibantai kelompok teroris MIT. Apa kabar para teroris yang masih berkeliaran dan belum tertangkap. Udah 5 bulan gak ada kabar berita. Keluarga korban yang dibantai teroris MIT pasti berharap ada kabar baik.
Ternyata berselang lima hari setelah mengingatkan Presiden Jokowi, tepatnya Selasa 11 Mei 2021 kelompok teroris beraksi kembali di Kabupaten Poso tepatnya di Desa Kalimago Kecamatan Lore Timur. Empat orang tewas secara menggenaskan di kebun mereka setelah dibunuh oleh teroris.
Jika saja Birgaldo Sinaga  masih diberikan umur panjang, pasti akan kecewa berat karena Presiden Jokowi lalai terhadap peringatan yang sudah disampaikannya beberapa hari sebelumnya. Ia pasti menuding negara kecolongan dalam memberikan jaminan keamanan terhadap warga Poso dari aksi kelompok teroris.
Kita maklumi jika Birgaldo tidak menyempatkan membuat narasi soal aksi teroris di Kabupaten Poso pada empat hari lalu, karena masih dalam masa masa kritis bergumul dengan sakit yang dideritanya. Kita tidak sempat mendapatkan empati yang ia berikan kepada korban teroris, hingga dirinya tutup usia pergi menghadap Sang Ilahi pada hati Sabtu ini.
Kita turut berdukacita begitu cepatnya almarhum tutup usia karena Covid19. Padahal perjuangan beliau terhadap kemanusiaan lewat aksi nyata maupun lewat opini di negara ini masih dibutuhkan. Selama ini almarhum sangat konsisten dan getol dalam menyuarakan kepedulian terhadap nilai nilai kemanusiaan, nasionalisme hingga persatuan bangsa.
Sikapnya dalam menentang terjadinya  polarisasi anak bangsa lewat sentimen agama dan politik identitas, disalurkannya lewat aksi lapangan dan opini di ruang publiki. Ia menjadi salah satu yang berada di garda terdepan dalam membela kasus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang tersangkut kasus penistaan agama tahun 2017 lalu.
Tak jarang saat sedang di lapangan, ia harus berhadap hadapan dengan kelompok yang kontra terhadapnya. Namun dirinya tak mundur selangkah pun dalam memperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Â
Maka sebuah adagium ia sematkan dalam tulisannya dalam memberiikan penguatan perjuangan bagi rekan rekannya. "Walau mata ketemu mata, wajah ketemu wajah dan badan bertemu badan, kebenaran harus ditegakkan." Â Namun demikian dirinya tetap menjaga dan menghindari untuk saling merendahkan dengan kubu yang kontra..
Maka dirinya pun tertunduk lesu di jalanan saat Ahok divonis bersalah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Ia merasa kecewa terhadap putusan yang dinilai tidak adil. Di akun instagramnya, Ahok pun mengucapkan turut berdukacita sedalam dalamnya atas kepergian saudara Birgaldo Sinaga. "Terima kasih atas dukungannya kepada saya selama ini. Rest In Peace," ujar Ahok.