Tidak adanya pos keamanan khusus membuat bantuan personil keamanan lambat datang ke lokasi pembunuhan. Yakni di Petiroa dengan korban Lukas Lese (50) dan Paulus Papa (42) dan di lokasi Mokampu dengan korban Marthen Solon (52) dan Simson Susah atau Ne' Uban (62), dimana semua korban tewas dalam kondisi tragis.
Desak Pembentukan Pos Keamanan
Teriakan kekecewaan tersebut diungkapkan aparat Desa dan warga masyarakat saat berdialog dengan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI daerah pemilihan Sulawesi Tengah Lukky Semen yang mengunjungi keluarga korban di Desa Kalimago. Teriakan soal adanya kepastian jaminan keamanan, menggema dari Desa tersebut, agar tidak ada lagi jatuh korban jiwa.
"Warga kami sudah takut untuk pergi ke kebun. Sementara sebagian besar warga bergantung hidup dan pendapatan ekonominya dari usaha tani dan kebun. Kalau tidak ada jaminan keamanan bagaimana kehidupan warga kami selanjutnya," ujar Kades Kalimago Januar, dihadapan Senator Lukky Semen.
Jaminan keamanan hanya terjadi saat pelaku teroris bisa ditumpas. Selama tidak diatasi warga akan terus merasa ketakutan. Â Ekonomi pasti tidak jalan karena tidak bisa berkebun, sementara sebagian warga harus membayar angsuran kredit perbankan yang dipinjam saat membeli lahan kebun.
Pasca adanya kasus teroris Desa Kalimago, warga sudah mendapat bantuan logistik berapa beras sebanyak 2 ton dari Pemerintah Kabupaten Poso. Namun itu harus dibagi untuk 217 KKÂ atau 750 jiwa warga Desa Kalimago. Berapa lama bantuan tersebut bisa bertahan dan dikonsumsi masyarakat.
"Kami berterima kasih atas perhatian semua pihak yang diberikan termasuk bantuan pangan dari Pemkab Poso. Namun sekali lagi yang kami butuhkan jaminan keamanan. Krisis kepercayaan terhadap kepastian keamanan harus dipulihkan. Salah satunya tempatkan pos keamanan khusus di Desa Kalimago," tambah Kades.
Minta Pembangunan Sarana Irigasi
Untuk mengatasi warga desa yang takut ke kebun karena masih belum pulih rasa kepercayaan terhadap jaminan keamanan, Kades Kalimago mengharapkan ada solusi dengan mengelola lahan persawahan yang potensial di desa tersebut.
Namun keberadaan lahan sawah tersebut tidak bisa terkelola, karena kendala pengairan untuk kepentingan persawahan. Permintaan untuk dibangun irigasi sudah pernah disampaikan aparat desa Kalimago, namun  hingga saat ini belum terpenuhi.
"Lahan sawah kami potensial untuk swasembada beras. Namun terkendala tidak adanya sarana irigasi untuk pengairan. Padahal jarak ke lokasi sumber air hanya tiga kilometer. Â Sudah sering kami aspirasikan ke Pemerintah Daerah untuk dilakukan pembangunan irigasi namun tidak bisa dipenuhi. Sekarang warga takut ke kebun karena belum ada jaminan keamanan, maka bantu desa kami pembangunan irigasi," ujar Januar.