Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Produsen Hoaks, Fenomena Post Truth dan Polarisasi Anak Bangsa

1 Mei 2021   18:08 Diperbarui: 1 Mei 2021   19:15 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai disini perlu ada efek jera bagi pelaku hoaks tersebut lewat proses hukum  yang memberatkan. Jika hanya lewat pemberian maaf semata dan tidak mendapat sangsi hukum tegas, maka jangan berharap penyebaran hoaks  bisa diredam dari oknum oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kasus babi ngepet di Depok sudah memberi pembelajaran berarti. Bahwa seorang yang berpredikat tokoh agama saja bisa tanpa beban merancang dan menjadi produsen hoaks untuk menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Bagaimana dengan masyarakat awam yang sengaja dimanfaatkan menyebar hoaks untuk kepentingan tertentu.

Bukan apa apa penyebaran hoaks sangat rentan mempolarisasi sesama anak bangsa jika dari sekarang tidak diambil tindakan kongkrit. Momentum seperti kontestasi politik adalah momentum paling rentan penyebaran hoaks dilakukan untuk mempolarisasi masyarakat.

Pengalaman sudah membuktikan bagaimana realitas polarisasi anak bangsa berlangsung secara biner lewat media sosial  dengan konten hoaks dan narasi narasi antagonistik. Polarisasi yang dapat menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa jika tidak diantisipasi sedini mungkin.

Disatu sisi upaya untuk menimalisir fenomena post truth di masyarakat menjadi tugas kita bersama dengan memberikan edukasi dan pencerahan  di ruang ruang publik. Ini sebuah upaya agar masyarakat senantiasa mengedepankan nalar dalam menyikapi sebuah informasi.

Peran stakeholder terutama elit politik untuk melakukan tugas pencerahan sangat dibutuhkan. Tidak sekedar menjadi elit politik yang hampa alias tanpa framing gagasan dan narasi di ruang publik.

Karena sengaja membiarkan fenomena post truth di masyarakat terus terjadi, maka sama dengan membiarkan realitas polarisasi terus terbentang di bangsa ini. Sebuah potensi yang bisa membawa dampak fatal terhadap degradasi bangsa ini kedepan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun