Saya tersentak ajakan seorang kawan di media sosialnya untuk memboikot Premier League atau Liga Utama Inggris, sebagai bentuk protes terhadap kebijakan negara Inggris yang mengkarantina tim bulutangkis Indonesia di ajang All England 2021.
Ajakan boikot berupa stop menonton tayangan Liga Utama Inggris datang spontan dari kawan tersebut, atas kekecewaan terhadap negara Inggris dalam menerapkan protokol kesehatan bagi tim bulutangkis Indonesia. Â Kita semua warga Indonesia jelas kecewa berat atas perlakuan diskriminasi tersebut.
Bagaimana tidak kecewa melihat kenyataan tim Indonesia yang sudah sempat bertanding, lalu kemudian dinyatakan kalah WO untuk semua kategori pertandingan. Karena harus masuk karantina selama 10 hari hingga pertandingan selesai.
Sudah latihan keras berhari hari. Juga sudah melalui proses vaksinasi sebanyak dua kali, serta sudah mengikuti tes covid sejak pemberangkatan dari Indonesia sampai di Inggris dan dinyatakan negatif. Ternyata sampai di negara orang justru malah masuk karantina, hanya karena satu pesawat dengan penumpang yang positif covid.
Kalau tahu seperti itu mendingan tidak usah berangkat ke Inggris. Sudah buang waktu, tenaga dan dana, serta dipermalukan lagi di negara orang. Kok bisa malu ?
Ya jelas malulah. Para pemain kelas dunia, disuruh pulang jalan kaki dari tempat pertandingan ke hotel. Padahal ada sarana transportasi untuk pemain. Mungkin inilah hal paling tidak mengenakkan yang dialami tim bulutangkis Indonesia dalam sejarah pelaksanaan All England.
Kejadian yang menimpa tim bulutangkis Indonesia ini memang murni kebijakan Negara Inggris lewat  National Health Service (HHS). Panitia All England dan Federasi Bulutangkis Dunia (BAF)  tidak bisa berbuat apa apa. Pemerintah Indonesia pun tidak bisa berbuat banyak, agar tim bulutangkis Indonesia bebas dari karantina dan bisa bertanding lagi. Â
Lalu perlukah kita memboikot menonton Liga  Utama Inggris sebagai bentuk protes terhadap Negara Inggris. Perlukah begitu banyak fans di Indonesia melampiaskan kekecewaan dengan 'mengkarantina' tayangkan olahraga Inggris, agar Negara tersebut tahu begitu cintanya warga Indonesia terhadap duta olahraganya.
Menurut saya, tidak perlu kita melakukan hal tersebut. Karena urusan bulutangkis jangan dibawa bawa ke sepakbola. Pencinta sepakbola Liga Utama Inggris tentu tidak bisa ujug ujug dalam sekejap diajak untuk memboikot tayangan tersebut. Cukup kita tunjukkan bahwa masih rasional dan sportif  dalam urusan olahraga.
Para duta olahraga kita yang lagi dikarantina di Inggris juga pasti tidak setuju, jika tahu warga kita memboikot Liga Inggris. Cukup mereka tahu bahwa rakyat Indonesia bersimpati kepada mereka. Bahwa kita kecewa, para pemain tidak bisa bertanding karena alasan kebijakan protokol kesehatan di negeri orang.
Dan biarlah negara Inggris tahu, bahwa rakyat Indonesia kecewa berat  para pahlawannya tidak berkesempatan membela merah putih di lapangan bulu tangkis. Kecewa karena tradisi menjadi juara di ajang All England untuk tahun ini harus terkunci secara tragis.
Saya yakin walau tim bulutangkis kecewa dan terpukul karena dikarantina, tapi mereka masih menjunjung tinggi nilai nilai  sportivitas dalam olahraga. Mereka adalah para olahragawan berkelas yang tetap memberikan teladan dalan kondisi apapun. Mereka senantiasa menjadi contoh dalam berperilaku yang baik  di masyarakat.
Untuk seluruh tim bulutangkis Indonesia, jika punya kesempatan tolong kalian berpose sambil membentangkan bendera merah putih di lokasi karantina. Sebagai tanda kalian tidak sempat mengibarkan merah putih di ajang All England, Â tapi merah putih selalu ada dalan jiwa raga kalian.
Itu sudah cukup membuat kami rakyat Indonesia bangga terhadap kalian duta olahraga bangsa, walau tidak bertanding sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H