Pihak sopir dan kernet bus berinisiatif mengganti ban yang pecah. Sialnya ban serep hanya satu satunya yang tersedia. Sembari mengganti ban kami penumpang menunggu di luar bus selama satu jam lebih dibawah gelapnya malam. Untungnya hujan tidak turun, sehingga kami aman selama menunggu pergantian ban serep sembari duduk duduk di tepi jalan.
Usai pergantian ban yang bocor, saya menyempatkan melihat kondisi ban serep yang sudah terpasang. Ternyata ban serep tersebut ada bekas tambalan.Â
Dalam hati saya berdoa semoga dalam perjalanan menempuh jarak  yang masih jauh,  tidak ada lagi ban yang pecah. Karena ban serep sudah tidak ada lagi tersedia. Bayangkan kalau ada lagi ban yang pecah maka dipastikan perjalanan tidak bisa dilanjutkan.
Namun rasa was was saya terhadap kondisi ban tergantikan dengan masalah lain. Hujan deras yang turun antara ruas Mamuju - Majene di Propinsi Sulawesi Barat membuat air menetes dari atas bus yang jatuh persis di kursi yang saya duduki. Ternyata bagian atas bus ada yang bocor, sehingga air hujan masuk dan sialnya hanya saya yang terkena tetesan air.
Apa boleh buat agar terhindar dari tetesan air, saya tutupi dengan selimut yang tersedia di kursi bus untuk menutup badan agar tidak basah. Saya sempat mempertanyakan kepada sopir dan kernet, soal air yang menetes ke dalam bus dan menggangu kenyamanan saya sebagai penumpang, namun tidak ada jawaban dari keduanya.
Untungnya ruas jalan Palu - Makassar diwarnai pemandangan yang indah di beberapa daerah yang dilintasi, sehingga bisa menghibur rasa lelah dan problem yang dirasakan selama perjalanan. Walaupun sempat juga menghadapi kemacetan di perjalanan karena adanya perbaikan jalan, akhirnya bisa sampai juga di tempat tujuan dengan selamat.
Gangguan menegangkan yang saya alami selama perjalanan pulang kampung via darat tidak membuat saya menjadi reaktif dan bersungut sungut. Saya jadikan suka duka perjalanan sebagai bahan kontemplasi untuk lebih dewasa dalam menyikapi permasalahan. Sebagai sebuah realitas yang terkadang hadir tanpa kita harapkan.
Apalagi tujuan saya pulang kampung adalah untuk merayakan Natal, yakni sebuah momentum spiritual yang menghadirkan rasa sukacita dan damai sejahtera kepada kita manusia. Mungkin dengan pengalaman tersebut, saya lebih memaknai Natal dengan lebih tercerahkan dan dewasa dalam iman.
Selamat merayakan Natal 2020 dan menyongsong Tahun Tahun Baru 2021.