Pada tahun 2002, bapak tercinta tutup usia dan pergi selama lamanya meninggalkan kami sekeluarga, saat menjalankan pekerjaannya sebagai pelaut. Saya mendapat informasi soal kepergian bapak dari ibu pada malam hari.
Saat itu saya sedang bekerja di daerah yang berbeda Provinsi dengan daerah yang ibu saya tinggal. Sangat sedih saat itu ditinggal pergi oleh bapak. Sepeninggal bapak, perjalanan waktu harus dilalui oleh ibu dengan status janda, mengambil alih kepemimpinan keluarga.Â
Masih ada  adik dan kemenakan yang bersekolah dan harus ditanggung biayanya. Belum lagi kebutuhan hidup sehari hari yang tentunya membutuhkan biaya besar, sementara gaji dari almarhum bapak di kantor  saat pensiun hanya terbatas jumlahnya.
Menjalankan tugas sebagai ibu sekaligus kepala keluarga bukanlah hal mudah. Mengatur kebutuhan sehari hari dengan gaji secukupnya, serta menuntun adik dan kemenakan yang masih sekolah agar bisa berjalan lancar harus diembannya.
 Ditambah lagi menjaga komunikasi dengan  anak anaknya yang lain agar bisa sukses dalam pekerjaan tetap intens dilakukannya. Semua peran ini dilakukan oleh ibunda dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan tanpa pamrih.Â
Disinilah saya melihat jiwa kepemimpinan seorang ibu yang memikul tanggung jawab besar demi sebuah harmonisasi dan keutuhan keluarga.Â
Bukan hanya menjaga ritme keluarga agar selalu harmonis, namun juga disertai doa yang dipanjatkannya setiap hari demi kebaikan dan kesehatan semua anak anaknya serta cucu cucunya.
Ibu tidak pernah memaksakan kehendak jika menyampaikan atau membutuhkan sesuatu pada anaknya. Jika membutuhkan dana dari saya dan saudara lain, ibu selalu menyampaikan dengan halus tanpa paksaan. Seperti misalnya.Â
'Jangan marah ya nak ibu hubungi, adikmu mau bayar uang sekolah tapi masih kurang," ujarnya. 'Oh iya nanti saya bantu bu. Saya transfer sebentar," ujar saya. "Tapi masih adakah uang simpananmu nak, dipakai untuk makan," ujarnya.
Kalimat ini selalu ia sampaikan jika berkomunikasi. Inilah yang selalu membuat saya  terkesan dalam setiap komunikasi dengan ibunda tercinta. Bayangkan membutuhkan bantuan dari anaknya tapi disatu sisi tidak ingin menyusahkan anaknya.Â
- Padahal sangat wajar itu dilakukan mengingat begitu besar peran seorang ibu dalam membesarkan anaknya dari kecil hingga besar.
Ini pula yang membuat saya selalu berefleksi ketika  sesuatu waktu saya merasa sedang memaksakan kehendak terhadap orang lain. Saya akan selalu teringat sikap ibu yang menjadi panutan dalam hidup saya.
Namun dalam berkeluarga tidak akan selalu bisa harmonis, pasti ada riak sebagai dinamika kehidupan. Akan ada pertentangan diantara sesama saudara dan juga dengan ibu. Disaat saat  itulah terkadang ibu baru meminta masukan ke saya. Ibu sangat senang jika berkomunikasi dengan saya, mungkin karena saya bisa memberikan pencerahan kepadanya.
Terkadang sambil bergurau saya berkata kepadanya, sudah lama saya tidak dimarah bu, sekali kali saya juga harus dimarah," ujar saya. Ia hanya tertawa lepas sambil berkata, apa yang mau dimarah, tidak ada yang salah.
Selama hidup jarang sekali ibu berkeluh kesah tentang keluarga atau kehidupan. Setiap mengubungi saya kebanyakan pasti menanyakan kabar atau meminta bantuan seperlunya.
 Jarang sekali berbicara tentang curhat, gosip, mengeluh atau menyampaikan hal lain yang tidak esensi. Kebanyakan ia hanya menginformasikan kalau ada kegiatan keluarga atau ada acara di kampung dan perlu keterlibatan bersama.
Terhadap  hal ini bisanya saya merespon cepat. Melakukan apa yang bisa, termasuk membantu pendanaan sesuai kemampuan. Saya senantiasa mengapresiasi perannya yang mampu mengkonsolidasikan keluarga dan saudara agar acara bisa sukses.
Padahal kapasitas beliau hanyalah seorang ibu rumah tangga dan sudah berusia tua. Namun perannya tersebut, Itulah yang selalu membuat saya salut dan bangga padanya. Seorang ibu yang  juga seorang janda namun berkarakter pemimpin yang baik.
Dalam bimbingan dan kepemimpinan ibu, adik saya terakhir bisa menyelesaikan kuliahnya di jurusan pertambangan dan langsung bekerja di salah satu perusahaan tambang di Kalimantan.Â
Demikian pula  seorang kemenakan yang dari kecil tinggal dengan ibu juga dapat menyelesaikan kuliah teknik sipil dan kini bekerja di di perusahaan jasa konstruksi juga di Kalimantan.
Saya tahu betul bagaimana jerih payah ibu mendidik anak anaknya agar menjadi orang yang berhasil, namun bisa dengar dengaran pada orang tua. Dimata saya dirinya memiliki karakter yang paripurna, karena bisa menjadi panutan, motivator sekaligus pembimbing yang baik.
Tiga tahun lalu saya saat saya mengalami batuk akut dan dokter merekomendasikan saya meminum obat selama enam bulan agar bisa sembuh, terbayang bagaimana repotnya menghadapi hal ini.
Saya meninggalkan pekerjaan pulang dari rantau demi kesembuhan dan minum obat setiap hari hingga enam bulan. Tekad untuk sembuh total dari batuk yang parah membuat saya berjuang keras menuruti rekomendasi dokter.
Ibu mendampingi saya agar bisa teratur minum obat, serta menyiapkan buah pisang setiap hari demi bisa menelan obat tiga butir sekaligus mana berukuran besar pula. Ia terus memotivasi dan menjaga agar tidak terlewatkan sekalipun meminum obat yang ada.Â
"Minum yang teratur, supaya sembuh batuknya nak," ujarnya. Walhasil saya akhirnya sembuh total dari batuk parah. Perjuangan yang berat yang bisa dilalui lewat tuntunan dan bantuan ibunda tercinta.
Jiwa kepemimpinan ibu bukan saja ada pada keluarga, namun juga pada pelayanan ketika dipercayakan sebagai Majelis Jemaat. Ibu menjalankan tugasnya dengan penuh pengabdian dan melayani dengan sepenuh hati.
Jika saya lagi pulang berlibur, ibu sangat suka berdiskusi soal bahan renungan yang akan ia bawakan dalam ibadah. Â Ia kadang terkagum kagum saat saya menyusun bahan renungan untuk ia bawakan berlembar lembar kertas.
Ibu akhirnya memilih mengundurkan diri dari tugas sebagai Majelis Jemaat setelah kakak tertua terpilih sebagai Majelis. Ibu ingin agar kakak mengambil tugas pelayanan sebagai mana yang sudah ia lakukan selama dua periode.Â
Tugas pelayanan yang telah membuat ibu saya mendapat tempat di hati jemaat kelompok pelayanan dan juga Gereja tempat keluarga kami beribadah. Â
Jika dari almarhum bapak, saya mendapat pembelajaran tentang kedisiplinan, ketegasan dan juga kebaikan, maka dari ibu saya mendapat pembelajaran tentang keteladan, kesabaran, ketulusan serta perjuangan tanpa pamrih. Intinya dari ibuku saya mendapat inspirasi dan teladan hidup.
Inilah warisan yang tidak ternilai harganya. Ibu memberikan pembelajaran tentang hakekat kepemimpinan yang bermanfaat dan terhormat. Bukan saja bagi keluarga tapi juga orang disekitarnya.
Oh iya pada tanggal 20 November 2020 kemarin ibu berulang tahun yang ke 73 tahun. Diusianya yang sudah renta ia tetap terlihat sehat dan ceria. Saya yakin itu terjadi karena hatinya yang selalu ikhlas dan doa dari kami anak anaknya yang bisa sukses karena jerih payahnya.
Terima kasih ibunda tercinta atas pengorbanan dan doamu untuk anak anakmu selama ini. Sudah menjadi inspirasi dalam hidupku. Panjang umur dan sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H