Sebagai seorang wartawan yang pernah intens menulis tajuk rencana di surat kabar harian di Kota Palu tempat saya bekerja dulu, tentu sangat respek dan berempati kepada sosok almarhum yang sejak koran kompas didirikan aktif menjadi penulis tajuk rencana.Â
Bagi Jakob Oetama tajuk rencana adalah adalah suara lembaga dari koran tersebut, maka sebenarnya tajuk rencana tidaklah bersifat personal melainkan institusional.
Jujur saja tajuk rencana koran Kompas menjadi salah satu referensi bagaimana saya harus mengembangkan kemampuan untuk menulis tajuk rencana yang mumpuni.Â
Tajuk rencana kompas yang menarik dan enak dibaca, memberikan edukasi dan pencerahan bagi pembaca akan  objek pemberitaan yang menjadi ulasan tajuk rencana.
Penulis tajuk rencana adalah salah satu dari penanggungjawab redaksi yang memiliki wawasan luas, pemikiran yang bernas, kemampun jurnalis yang mempuni serta memahami dimensi subjektivitas media tempatnya bernaung.Â
Dan rasanya almarhum Jakob Oetama memiliki semua dimensi tersebut sebagai penulis tajuk rencana yang baik. Seorang Ninok Laksono mengibaratkan kumpulan tajuk rencana tulisan Jakob Oetama pada tahun 1991-2001 sebagai highlight sejarah Indonesia.
Dalam tajuk rencana koran Kompas hari pertama yang terbit kembali tanggal 6 Pebruari 1978 setelah dilarang terbit oleh penguasa orde baru sejak 21 Januari 1978.Â
Jakob menulis, "maka bersyukurlah kami pada akhirnya harian ini diperkenankan terbit kembali. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut memungkinkan terbit kembali surat kabar ini. Dengan ikhlas hati kami menerima ajakan agar mawas diri. Itulah sikap dasar yang paling wajar apabila orang tertimpa musibah."
Dari paragraf tulisan tajuk rencana tersebut, maka kita bisa menggambarkan jika pada situasi yang penuh tekanan, seorang Jakob Oetama bukan hanya bisa bertindak sebagai penulis tajuk rencana yang baik.Â
Tapi juga bisa berkomtemplasi sebagai insan manusia yang tercerahkan, sehingga mengilhami alam kesadaran pemikirannya. Paragraf kalimat tulisan tersebut bukan saja bermuatan sikap redaksi media tempatnya bernaung, namun juga bermuatan humanisme sebagai bentuk mensyukuri situasi yang ada.