Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bangga Menjadi Seorang Kompasianer

22 Juli 2020   10:55 Diperbarui: 22 Juli 2020   12:20 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyalurkan tulisan di Kompasiana. Doc Pri

Empat hari yang lalu, seorang kawan dari Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau menelpon saya. Ia mengaku membaca tulisan di Kompasiana dan memuji tulisan saya sangat bagus. Ia juga ingin melakukan hal yang sama, yakni menulis di Kompasiana.

Sebelumnya kawan saya yang tinggal di Makassar dalam perbincangan di WA Grup, juga pernah memuji tulisan saya. Ia mengaku tulisan saya selalu mantap dan enak dibaca. "Mantap tulisan tulisannya bung Efrain," ujarnya.

Di Palu di warung kopi biasa saya nongkrong, juga sejumlah kawan kawan akan menyempatkan memuji jika sudah membaca tulisan saya di Kompasiana. Lagi lagi mereka mengaku tulisan saya bagus dan mencerahkan.

Secara manusiawi pasti senang jika ada yang mengapresiasi karya kita. Apalgi sampai memuji kalau yang kita hasilkan bagus dan bermanfaat. Meski tidak harus sampai membusungkan dada, namun tetap saja saya senang, jika ada ungkapan pujian yang disampaikan.

Bagi saya apresiasi tersebut merupakan kebahagiaan yang tak ternilai. Mungkin lebih bangga ketika tulisan saya diapresiasi orang,  dari pada ketika saya memiliki barang baru. Karena setiap apresiasi tersebut membuat kebanggaan sebagai seorang Kompasianer semakin bertambah.

Padahal bagi saya, apa yang ditulis itu sebenarnya biasa saja, karena memang menulis merupakan profesi semenjak menjadi jurnalis. Lagian saya menulis karena memang ingin menulis.

  • Pun ketika tulisan di Kompasiana tidak mendapat label dari admin, saya menganggap berarti perlu lebih meningkatkan kualitas tulisan. Meski kawan kawan yang membaca menanggap, tulisan tersebut sudah cukup bagus.

Makanya saya sangat berterima kasih kepada Kompasiana yang sudah menyediakan wadah untuk menyalurkan karya tulisan yang dibuat. Tulisan yang saya buat saya pasti di share kembali ke WA Grup maupun media sosial yang saya miliki, untuk dapat dibaca oleh kawan kawan. Baik yang mendapat label pilihan atau artikel utama, maupun yang tidak mendapat label sama sekali.

Untuk itu sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Kompasiana,, saya tidak akan pernah mempersoalkan sedikitpun, ketika tulisan saya tidak diberi label oleh Kompasiana. Bahkan juga ketika tulisan tersebut tidak masuk kategori populer sekalipun.

Inspirasi dari warung kopi. Doc Pri
Inspirasi dari warung kopi. Doc Pri

Saya pun tidak berniat sedikitpun untuk 'menggugat' admin Kompasiana, terkait tulisan para Kompasianer yang layak atau tidak layak mendapat label pilihan ataupun artikel utama. Bagi saya apa yang ditentukan oleh admin, perlu dihargai sebagai Kompasianer yang baik dan tahu diri.

Bagi saya sudah tayang di Kompasiana dan mendapat sebutan Kompasianer oleh kawan kawan di ruang publik, sudah cukup  memberi kebanggaan. Jika ada tulisan yang tidak diberi label atau minim vote dari sesama Kompasianer, tidak harus membuat kecil hati dan kecewa terhadap admin.

Sebaliknya saya senantiasa berkontemplasi terhadap apa yang saya tulis tersebut. Mungkin sudah itulah batas kemampuan menulis saya, berarti perlu lebih baik lagi dalam menulis. Saya berkontemplasi sebagaimana yang dikatakan Dalai Lama, "Jika ingin melihat cahaya kebijaksanaan, kosongkan dulu gelasmu."

Menjadi bijak itulah tumpuan seorang Kompasianer. Untuk menjadi orang  bijak kosongkanlah dulu hati kita dari perasaan dengki, iri, baper, serta amarah. Lalu isilah dengan keikhlasan, jiwa besar, senantiasa bersyukur dan juga tahu berterima kasih.

Seperti contoh, tulisan saya tanggal 26 Juni berjudul Ketika Megawati Memilih Jalan Hukum serta Pancasila, Sukarno dan Persatuan Bangsa tanggal 1 Juni 2020, Dimana tidak mendapat Label apapun. Dan ketika saya share di medsos, ternyata sejumlah kawan mengaku jika tulisan tersebut memberikan pencerahan dan edukasi.

Ternyata selalu ada hikmah dari setiap tulisan yang kita hasilkan ketika itu datang dari hati. Toh jika sebuah  tulisan harus mendapat pengakuan dari pembaca, tanpa harus mendapat label dan menjadi populer, itu adalah sebuah keniscayaan. Tak akan terelakkan pujian menghampiri, jika tulisan kita memang layak untuk mendapat apresiasi.

So untuk itulah tidak perlu terbersit skim adanya polarisasi soal layak tidak layak, dilabel atau tidak dilabel, populer atau tidak populer, menjadi artikel utama atau tidak, centang hijau atau centang biru, serta polarisasi kompasianer tua dan milenial.

Marilah menjadi Kompasianer dalam bingkai kebersamaan dalam wadah Kompasiana. Marilah menjadi Kompasianer dalam satu skim, yakni berkarya untuk mengedukasi pembaca.

Oh iya mengapa saya mengaku bangga menjadi Kompasianer. Karena dulu ketika masih SD di Makassar, saya merupakan pembaca setia koran kompas, karena orang tua berlangganan. Saya selalu berebutan dengan kakak jika pengantar koran kompas tiba di rumah, karena sama sama menyenangi rubrik olahraga.

Selanjutnya saat mahasiswa di Palu, saya selalu membeli koran kompas terbitan hari Minggu demi bisa membaca kolom cerpen. Saya juga pernah mengirim artikel cerpen ke redaksi Kompas, namun tidak termuat. Padahal dulu pasti bangga jika tulisan opini atau cerpen bisa dimuat di koran kompas. Sedih juga kalau diingat ingat.

Nah dengan adanya Kompasiana, bukan hanya bisa dimuat, tapi juga setiap saat bisa menyalurkan karya tulisan saya selama mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Maka sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk Kompasiana,  sekaligus saya tegaskan bangga menjadi seorang Kompasianer. Setulus tulusnya, seikhlas ikhlasnya.

Salam Kompasianer
Palu, 22 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun