Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Huntap Bantuan Buddha Tzu Chi Siap Ditempati

20 Juni 2020   15:11 Diperbarui: 21 Juni 2020   12:11 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Huntap yang sudah selesai dibangun. Doc Pri

Dua tahun menanti, kini warga korban gempa bumi, tsunami dan liquifaksi  Palu tahun 2018, sudah mulai tinggal di hunian tetap (Huntap) I yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.

Pemantauan di lokasi huntap yang sudah dibangun sebanyak ratusan unit dari target 1500 unit oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, belum banyak korban yang menetap di lokasi tersebut. Padahal huntap yang dibangun cukup representatif bertipe 36. Tiap satu unit huntap tersebut dilengkapi dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, teras depan, halaman depan dan halaman belakang.

Bagi warga yang akan menghuni huntap, sudah disiapkan perabot rumah tangga. Berupa satu set meja kursi di ruang tamu, spring bed, ranjang tidur serta tempat penampung air di kamar mandi. Juga disiapkan dua balon lampu untuk ruang tamu dan teras depan. Jadi penghuni tinggal masuk dan melengkapi perabot rumah tangga lainnya.

Huntap yang sudah selesai dibangun. Doc Pri
Huntap yang sudah selesai dibangun. Doc Pri

Sejumlah warga mengaku, baru minggu ini menetap di huntap yang berlokasi persis dibelakang kampus Universitas Tadulako (Untad) Palu. Padahal kunci rumah sudah dari bulan ini diserahkan kepada korban untuk dapat menghuni huntap yang sudah menjadi milik korban. Penempatan rumah sendiri dilakukan dengan cara pengundian.

Salah satu warga yang saya temui di blok V, mengaku baru tiga hari ini tinggal di huntap. Dari sekian banyak rumah di blok tersebut  baru dirinya dan sejumlah warga yang kini menetap. "Belum banyak yang tinggal disini, tapi kalau kami sudah tiga hari menetap di huntap, Waktu maasuk perabot sudah lengkap," ujarnya yang berasal dari Kelurahan Balaroa Palu, lokasi dimana terjadi liquifaksi saat gempa 2018 lalu.

Infrastruktur di Lokasi Huntap

Untuk melengkapi sarana dan prasarana di lokasi huntap, pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) lewat Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulteng, sudah membangun infrastruktur pendukung berupa jalan, drainase dan air bersih. Khusus untuk infrastruktur jalan di dalam lokasi huntap, terlihat memadai dengan jalan utama dibuat dua jalur.

Nampak jalan utama di lokasi huntap. Doc Pri 
Nampak jalan utama di lokasi huntap. Doc Pri 

Sementara untuk jalan menuju ke tiap blok juga sudah diaspal, meskipun dibeberapa blok terlihat belum diaspal, karena baru selesai tahap perampungan huntap. Fasilitas air bersih juga sudah disiapkan, walau belum semuanya mengalir ke rumah yang ada di lokasi huntap. 

Soal sarana infrastruktur pendukung yang dibangun oleh BPPW Sulteng berupa jalan, drainase dan fasilitas air bersih diakui oleh Kepala Satker Pelaksana Prasarana Pemukiman BPPW Sulteng Aksa H Mardani, saat melakukan  koordinasi dengan anggota Komite II DPD RI Bidang Infrastruktur Lukky Semen belum lama ini. Koordinasi tersebut turut dihadiri Kepala BPPW Sulteng Ferdinand Kana Lo. "Kita sudah bangun infrastrutur pendukung di lokasi huntap, namun masih diperlukan lagi penanganannya," ujar Aksa H Mardani.

Namun untuk pembangunan sarana drainase yang berada di luar kawasan huntap, menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah untuk membangunnya. Hal ini sangat diperlukan agar pembuangan air dalam lokasi bisa tersalurkan lewat pembuangan di luar lokasi huntap. "Kita berharap drainase yang ada dalam lokasi bisa tersambung dengan drainase yang ada di luar lokasi huntap," ujar Aksa.

Keluhkan Kendala  Air Bersih 

Walaupun fasilitas air bersih sudah disiapkan oleh BPPW Sulteng, namun warga yang sudah tinggal di lokasi huntap mengeluhkan keberadaan air bersih yang menjadi kebutuhan sehari hari. Pasalnya, kadang air tidak mengalir selama satu  hari. Kalaupun jalan, tidak lama kemudian sudah tidak mengalir.

"Ini air sudah dua hari tidak jalan. Kemarin sempat mengalir tapi malam hari, setelah itu mati lagi. Terpaksa kami tidak sempat mandi. Rencana kami mau cari penampungan air yang lebih besar, biar ketika air mengalir bisa lebih banyak air yang bisa ditampung sebelum mati," ujar warga di huntap.

warga yang sudah menghuni huntap. Doc Pri
warga yang sudah menghuni huntap. Doc Pri

Hal senada disampaikan Anwar warga di blok lain yang sementara membenahi rumah yang akan ditinggalinya bersama keluarga. Menurutnya, air belum masuk ke rumah, sehingga belum sempat tinggal. "Sebenarnya kami menunggu kalau air sudah jalan, kami sudah akan tinggal. Ini sementara benar benah kondisi rumah. Kalau listrik tidak ada masalah," ujarnya.  

Semoga saja apa yang dikeluhkan warga yang tinggal di lokasi huntap tersebut bisa ditangani oleh pihak terkait, agar warga bisa tinggal dengan aman dan nyaman, tanpa ada kendala. Pasalnya, belum semua warga korban gempa yang tinggal di lokasi huntap tersebut. Bayangkan jika ratusan rumah tersebut sudah mulai ditinggal oleh warga korban, pasti akan lebih banyak problem yang mencuat. Maka disinilah diperlukan koordinasi yang lebih baik, antar instansi terkait baik pusat maupun daerah, dengan segera merampungkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.    

Terbangunnya huntap I di lokasi Tondo, membuat warga Palu banyak yang datang berkunjung ke lokasi kawasan baru tersebut. Warga penasaran ingin melihat seperti apa model huntap yang sudah dibuat oleh Yayasan Buddha Tzu Chi tersebut. Tak urung hasil kunjungan warga turut dishare di media sosial, dan menjadi viral.   

Memantau huntap yang belum ditinggali. Doc Pri
Memantau huntap yang belum ditinggali. Doc Pri

Di Kelurahan Tondo sendiri selain pembangunan huntap oleh pihak Yayasan Buddha Tzu Chi, rencana pihak Kementerian PUPR lewat BPPW Sulteng akan membangun huntap sebanyak 800 unit di lokasi Tondo II. Namun hingga sekarang huntap tersebut belum terealisasi, meski demikian akan ditindak lanjuti pembangunnya.

Menurut Kepala BPPW Sulteng Ferdinad Kana Lo, terhambatnya realisasi pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi korban gempa dipengaruhi oleh dua faktor. Yakni pertama, adanya keinginan masyarakat yang enggan mengikuti skema yang sudah ditentukan pemerintah. Kedua, adanya lahan untuk pembangunan hunian yang disiapkan ternyata bermasalah (belum clear), dimana membuat proses pembangunan menjadi terhambat.

Dijelaskan Ferdinand, untuk wilayah Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) Kementerian PUPR menargetkan menyiapkan huntap sebanyak 11 ribu unit bagi korban gempa. Dimana untuk 3000 unit melibatkan pihak NGO. Namun sampai dengan saat ini, sebagian besar belum terealisasi, karena adanya masalah yang dihadapi oleh pihaknya.

Siap untuk ditempati. Doc Pri
Siap untuk ditempati. Doc Pri

 "Ya itu ada masyarakat korban yang menghendaki skema sendiri yakni Huntap dibangun ditempat asal mereka. Bukan di lokasi yang sudah disiapkan oleh Pemerintah. Untuk aspirasi tersebut coba diantisipasi dengan pembangunan huntap satelit. Selanjutnya lahan yang sudah disiapkan untuk huntap, ternyata diklaim oleh warga berdasarkan putusan hukum yang memenangkan klaim warga tersebut. Soal masalah lahan ini juga tengah dicarikan solusinya agar pembangunan huntap tidak terhambat," ujar Ferdinand.

Sangat disayangkan jika huntap yang sudah selesai dibangun tidak segera ditempati oleh warga korban yang berhak mendapatkan huntap tersebut. Jangan sampai huntap yang sudah terbangun menjadi mubazir, karena warga enggan menempati tempat tersebut. Atau karena sarana dan fasilitas dianggap belum layak, sehingga enggan untuk menempatinya. Proses penampatan huntap harus dilakukan secara efisien dan efektif, karena sudah terlalu lama rasanya warga korban menanti untuk bisa mendapatkan huntap yang lebih layak.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun