Akhirnya Palu menjadi salah satu Kota di Indonesia yang  memiliki patung Presiden Pertama RI Sukarno. Patung setinggi 10 meter dari bahan tembaga yang berlokasi di Taman GOR Palu, selesai dirakit pada Kamis, 11 Juni 2020, tepat dalam momentum Bulan Bung Karno.
Walikota Palu Drs Hidayat MSi pada Kamis kemarin, menyempatkan melihat langsung proses perakitan tahap akhir, berupa pemasangan kepala dari patung sang Proklamator. Di lokasi tersebut juga, Walikota menyempatkan memberikan keterangan, bahwa patung Sukarno tersebut akan dinamakan sebagai Monumen Mutiara Bangsa.
Bukan tanpa alasan pemberian nama patung tersebut akan disematkan, karena Mutiara dapat dimaknai sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat Palu yang menjunjung tinggi nilai toleransi, kekeluargaan dan kegotong royongan. Sebuah nilai yang diyakini  menjadi intisari dari Pancasila sebagai dasar negara. Selain itu Mutiara juga bermakna keindahan Kota Palu dengan lima dimensi alamnya. Yakni lembah, lautan, pegunungan, sungai, dan teluk.
Keindahan Kota Palu yang bak mutiara inilah yang dilihat Sukarno dari Udara. Saking takjubnya melihat landskap (bentang alam) daerah ini, Sukarno lalu menghendaki penggantian nama Bandara Udara Masowu menjadi Bandara Mutiara Palu. Sukarnopun mennyampaikan pergantian nama tersebut saat berpidato di lokasi yang kini menjadi Taman GOR Palu.
Sebagai masyarakat Kota Palu yang sekaligus pengagum Bung Karno, sebelumnya sudah terlebih dahulu menyempatkan melihat dari dekat patung tersebut saat proses perakitan dilakukan. Saya juga menyempatkan berswafoto dengan latar belakang patung Sukarno, biar menjadi dokumentasi pribadi dan jika suatu saat akan diposting di media sosial sudah punya koleksinya. Â
Kehadiran patung Sukarno sebagai sebuah terobosan Walikota Palu, merupakan bagian dari aktualisasi peristiwa  masa lalu dalam wujud monumen sejarah. Dimana pada tanggal 2 Oktober 1957, Sukarno pernah melakukan kunjungan ke Kota Palu. Saat di Taman GOR itulah, Sukarno bertemu masyarakat dan menyempatkan berpidato terkait konsolidasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Itulah sebabnya 63 tahun berselang, untuk mengingat kembali momentum sejarah kehadiran Bung Karno di Bumi Tadulako, Pemkot Palu membuat patung tersebut. Generasi saat inipun akan tahu, bahwa sang Proklamator Kemerdekaan pernah berkunjung dan mengobarkan spirit persatuan dan kesatuan di Kota Palu yang menjadi satu kesatuan Bangsa Indonesia. Â
Adapun  patung Sukarno dibuat dalam posisi berdiri, menggunakan baju safari lengan pendek dan menghadap ke Selatan. Dimana tangan sebelah kiri memegang tongkat komando dan tangan sebelah kanan sedang mengangkat tangan. Patung dibuat setinggi 10 meter sebagai simbol bulan kedatangan Sukarno di Palu, yakni bulan Oktober.
Sementara bangunan untuk berdirinya patung dibuat berukuran 5x7 meter yang memiliki simbol tahun kunjungan Sukarno yakni 1957. Sementara tinggi landasan bangunan  2 meter sebagai simbol tanggal kedatangan yakni 2 Oktober. Landasan tersebut nantinya akan dibuat properti yang menceritakan suasana momen kedatangan di Bung Karno di Palu.  Â
Yang menarik di media sosial, berbagai masukan disampaikan warga Palu agar dokumentasi foto foto Sukarno masa lalu, dapat dipasang pada landasan patung yang dipasangi kaca, agar tidak mudah rusak dan dijahili orang tidak bertanggungjawab. "Kalau bisa dipasangi kaca tebal, biar foto foto masa lalu Sukarno saat di Palu aman dan terlindungi," ujar seorang warga Palu di media sosial.
Walikota Palu sendiri merencanakan peresmian patung Sukarno dapat dihadiri Ibu Megawati Sukarno Putri selaku putri Bung Karno yang juga Presiden Keempat RI. Terkait rencana kehadiran Ibu Megawati, Walikota Palu Hidayat MSi mengatakan akan mengatur agenda teknisnya khususnya terkait waktu peresmian. Kalaupun Megawati berhalangan hadir, paling tidak dapat dihadiri Ibu Puan Maharani selaku cucu Bung Karno yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI. Â
Kehadiran patung Sukarno di Palu mendapat apresiasi dari masyarakat yang datang untuk melakukan swafoto. Karena nantinya selain menjadi ikon sejarah, diharapkan patung Sukarno juga dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang dapat menarik kehadiran wisatawan dan memberi dampak positif buat Kota Palu. Sebelumnya di Palu juga sudah ada Tugu Nol Kilometer dan Tugu Perdamaian yang juga menjadi ikon dan destinasi wisata di Kota Palu.
Khusus untuk Tugu Perdamaian yang berlokasi di Kelurahan Tondo Palu, sebelum terjadi pandemi corona, ada puluhan hingga ratusan wisatawan lokal yang datang berkunjung setiap harinya. Bahkan tak jarang turis mancanegara juga datang berkunjung. Dimana selain viewnya kearah Teluk Palu yang indah, pengunjung juga bisa melakukan swafoto dibeberapa spot spot yang sudah disediakan. Pengunjung hanya merogok kocek sebesar Rp 10 ribu untuk biaya masuk. Â
Harus diakui kehadiran patung Sukarno walau mendapat apresiasi, namun ternyata ada juga sebagian warga yang bersikap apriori. Namun lepas dari adanya sikap tersebut, saya mengajak untuk  ada baiknya melihat kehadiran Patung Sukarno dari tiga aspek yakni historis, tekstual dan kontekstual, sehingga menemukan manfaat keberadaan patung tersebut.
Dari aspek historis kehadiran Sukarno di Palu  adalah peristiwa sejarah yang perlu diketahui oleh  generasi sekarang. Karena generasi yang tidak mengetahui sejarah bangsanya, akan menjadi generasi hampa, tanpa arah juang yang jelas. Patung Sukarno akan menjadi monumen sekaligus tonggak peradaban sejarah yang pernah ada di daerah ini.
Dari aspek tekstual, narasi kesatuan dan persatuan yang tertuang dalam pernyataan pernyataan Sukarno saat berpidato pada masa lalu, menjadi spirit kehadiran sang Proklamator di Palu. Dimana jika nantinya dokumentasi foto disertai teks  narasi dipasang di landasan patung, maka masyarakat  akan tahu bagaimana  peradaban Palu pada masa lalu, dalam menyambut sosok pemimpin Bangsa yang datang berkunjung. Dan bagaimana sang Pemimpin memberikan penguatan pada rakyatnya.
Dari aspek kontekstual, adanya  praktek degradasi dan segregasi sesama anak bangsa sebagai dampak polarisasi kontestasi politik, merupakan sebuah keniscayaan yang berpotensi memecah belah persatuan. Maka diharapkan keberadaan patung Sukarno akan memberikan kesadaran bagi masyarakat dalam berbangsa dan bernegara dalam sebuah tata pergaulan yang guyub dan egaliter dimasa kekinian.
Sekali lagi dengan kehadiran Patung Sukarno, sebagai masyarakat Palu, kita bukan hanya akan mengenang peristiwa sejarah yang pernah terjadi di daerah ini. Tapi juga memaknai setiap pemikiran dan spirit perjuangan Bung Karno dalam menyatukan bangsa ini dengan adagiumnya persatuan, gotong royong dan cinta tanah air. Spirit perjuangan yang tak pernah padam, agar peradaban bangsa Indonesia selalu hidup selama lamanya, sebagaimana yang tertulis dalam risalah Mencapai Indonesia Merdeka Â
Jika Sukarno pernah ke berkunjung ke Palu di masa lalu, takdir sejarahlah yang menuntunnya untuk datang. Dan jika patung Sukarno akhirnya berdiri di Palu, takdir sejarah jualah yang menemukan momentumnya.
"Sudah lama saya berkeyakinan, bahwa kesadaran sosial dari pada rakyat dimuka bumi ini adalah sama. Dimanapun mereka berada." Sukarno 1959.
Salam Kebangsaan
Palu, 12 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H