Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biografi Dokter di Medan Lara, Jejak Pengabdian Idrus A Paturusi

23 April 2020   15:03 Diperbarui: 23 April 2020   22:18 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi Inspirasi Untuk Dokter Muda

Kehadiran buku biografi seorang Idrus Paturusi ini menambah satu lagi koleksi literasi praktisi kemanusiaan di tanah air. Secara umum buku ini sarat dengan misi kemanusiaan yang dilakukan oleh sang dokter.

Sebuah pengalaman empiris dari tugas dan pengabdian yang sudah dilakukannya di berbagai daerah di tanah air, bahkan di juga negara lain. Membaca buku biografi ini maka kita serasa dibawa pada sebuah perjalanan peradaban yang dilakukan oleh seorang sosok manusia yang penuh dengan spirtualitasnya.  Rasa sedih, haru, prihatin serta rasa salut menyatu dan mengaduk aduk perasaan sebagai pembaca, mengikuti berbagai peristwa yang digeluti oleh sang dokter saat berada di sejatinya medan bencana.

Doc Biografi Dokter di Medan Lara
Doc Biografi Dokter di Medan Lara

Buku ini tidak hanya berkisah tentang sepak terjang Prof Idrus di berbagai medan bencana namun secara implisit sedang bercerita tentang sebuah gerbong besar yang berisi beberapa guru besar yang memiliki semangat kemanusiaan yang tinggi. Seperti Prof. Andi Husni Tanra, MD, Ph.D, Prof. dr. Sjarifuddin Wahid, Ph.D, Sp.PA (K), Sp.F, Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, Prof. Dr. dr. Nurpudji Astuti Daud, MPH. Sp.GK(K) , Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes, Prof. dr. Budu, Ph.D, Sp.M(K)M dan beberapa lainnya. Para guru besar ini, tidak sekedar memberi kuliah tentang kemanusiaan tetapi melakukan aksi nyata di lapangan.

Pada lapis kedua terdapat sejumlah doktor dan spesialis yang banyak disebut-sebut dalam buku seberat 1,9 kg ini seperti dr. Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.B, Sp.BTKV, dr. Hisbullah Amin, Sp.An,  KIK, KAKV. dr, Muhammad Andry Usman, Sp.OT, Ph.D, Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT (K), dan beberapa lainnya yang memiliki jam terbang tinggi dalam di berbagai medan bencana. Dengan jam terbang yang mumpuni, lapisan kedua gerbong kemanusiaan UNHAS ini, akan secara mandiri bergerak bilamana terjadi bencana.

Sedangkan di 'lapisan ketiga' ada berbagai lembaga kemahasiswaan seperti TBM Calcaneus, KORPALA, SAR UNHAS, KSR PMI, TBF Sternum, PRC Fak Farmasi, Siaga Ners, SPE UNHAS SC, dan UKM lainnya yang selalu siap terjun dalam aksi kemanusiaan di medan bencana.  Ada lagi salah satu elemen yang memiliki kontribusi besar dalam setiap aksi kemanusiaan yang dilakukan Prof Idrus Paturusi, baik di dalam maupun di luar negeri, yaitu alumni UNHAS yang dimotori oleh Jusuf Kalla.

Dalam buku ini, Prof Idrus Paturusi secara blak-blakan mengakui peran dan andil Jusuf Kalla dalam beberapa aksi kemanusiaan yang dilakukannya baik dengan atas nama Tim Medis UNHAS, maupun atas nama AMDA, Brigade Siaga Bencana Indonesia Timur, PSC 119 atau Tim Medis Sulsel.  Selain Jusuf Kalla, tentu masih ada banyak alumnus UNHAS lainnya yang memberikan sumbangsih khususnya mereka yang menjabat sebagai Menteri, anggota DPR, Dirjen, Kepala Daerah, Komisaris, direksi BUMN, pimpinan rumah sakit, dokter TNI, dokter Polri maupun pengusaha.

Lewat buku yang dicetak secara eksklusif ini ini saya merekomendasikan agar selayaknya dimiliki oleh siapa saja termasuk para dokter muda yang peduli pada kemanusiaan.  Lewat buku ini bisa menjadi inspirasi, literasi bahkan referensi dari pengalaman yang digeluti oleh seorang dokter Idrus Paturusi pada tapak tapak pengabdiannya melakukan misi kemanusian di berbagai tempat. 

  • Dokumentasi foto yang ada didalam buku tersebut adalah bukti apa yang dilakukannya di medan pelayanan ia datangi, tanpa ragu dan tanpa pamrih. Kita berharap jejak pengabdian dokter Idrus Paturisi bisa diikuti oleh dokter lainnya di tanah air, saat musibah atau bencana datang tidak terduga dan banyak yang menjadi korban. Profesi yang diharapkan keberadaannya pada fase pertolongan pertama saat bencana terjadi.

Dari sebuah penggalan tulisan pada buku ini, Idrus Paturusi meyakini bahwa setiap bencana memberikan hikmah dan nasihat secara tidak langsung kepada umat manusia. Dan nasihat yang paling penting dalam setiap bencana alam adalah bantulah sebanyak mungkin orang yang menjadi korban bencana alam selama kesempatan menolong itu masih ada.  Bisa jadi atas refleksi dari sikap hidupnya tersebut, maka sebuah adagium ia sematkan dalam buku biorgrafi tersebut bahwa, "Jangan pernah menghitung apa yang pernah kau berikan, tapi ingatlah apa yang telah kau terima,"

Wajar jika dalam testimoninya dalam buku tersebut Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aris Tina Pulubuhu MA mengakui, kalau respon Prof Idrus A Paturusi untuk memberi bantuan kepada masyarakat dalam bencana sangat cepat dan total. Kalau menolong tidak setengah setengah. Beliau juga mampu menggalang banyak bantuan pihak lain dalam mensupport. Hal senada disampaikan Pendiri AMDA dr Shigeru Suganami, bahwa dokter Idrus adaah doker yang hebat dan bisa dipercaya. Dia selalu berada paling depan disaat terjadi disarter. Dia tidak peduli apapun yang terjadi. Dia akan selalu datang paling duluan di lokasi bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun