Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biografi Dokter di Medan Lara, Jejak Pengabdian Idrus A Paturusi

23 April 2020   15:03 Diperbarui: 23 April 2020   22:18 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc Biografi Dokter di Medan Lara

Namun rupanya pengalaman atas misi kemanusiaan sang dokter di wilayah Sulawesi Tengah juga dikisahkan penulis Sili Suli pada Bagian 9 Berjudul Jadi Kurir di Tolitoli.  Berawal dari adanya gempa tektonik berkekuatan 7 skala Richter, menjadi 'kado' tahun baru bagi warga Tolitoli Sulawesi Tengah, pada tahun 1996 silam. Gempa di Selat Makassar tersebut berpusat pada koordinat 0.6 derajat LU dan 119.92 derajat BT, pada kedalaman 33 km dari dasar laut itulah yang membuat Idrus Paturusi menginjakkan kakinya di Tolitoli.

Gempa disertai gelombang pasang itu berulang sampai lima kali, menyebabkan masyarakat ketakutan akan terjadi tsunami. Air laut yang pasang, telah menerjang rumah-rumah penduduk dan menyeretnya ke lautan. Kerugian masyarakat sangat besar, diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, di mana sebagian warga harus kehilangan rumah akibat terjangan gelombang pasang.  Ada tiga wilayah di pesisir pantai barat Tolitoli yang paling menderita akibat bencana alam tersebut, yaitu di Kecamatan Dampelas Sojol di Kabupaten Donggala, serta Kecamatan Dampal Selatan dan Kecamatan Dampal Utara di Kabupaten Toli-toli. 

Penduduk yang kehilangan tempat tinggal, diungsikan jauh-jauh dari tepi pantai, untuk menghindari kemungkinan terjadinya gelombang pasang susulan. Para korban bencana ini ditampung sementara dalam tenda-tenda darurat yang disediakan pemerintah. Tiga hari setelah terjadinya gempa, AMDA mengutus Idrus Paturusi dan dr. Syafruddin Wahid untuk membawa bantuan obat-obatan ke Tolitoli. Meskipun gempa dan tsunami yang terjadi di Tolitoli cukup besar, namun korban jiwa maupun luka-luka terbilang sedikit.  Karena itulah Idrus cukup menjadi kurir obat-obatan AMDA, karena tim kesehatan dari Depkes Tolitoli dan Pemprov Sulteng, masih mampu menangani keadaan. 

Dari pengalaman di Tolitoli, Idrus terbersit kisah saat perjalanan pulang dari Tolitoli menuju Palu melalu jalur darat dimana harus melewati ruas jalan yang rusak akibat gempa.  Saking rusaknya bahkan terjadi atrian kendaraan di salah satu ruas jalan yang rusak seperti kubangan. Perjalanan mereka akhirnya terhambat di satu ruas jalan yang rusak parah. Perjalanan menempuh jalan darat yang rusak sebagai seorang kurir, itulah yang ternyata masih dikenang oleh Idrus Paturusi.

Penuh Pengalaman Kemanusiaan

Banyak cerita menarik dari pengalaman dokter Idrrus Putrusi saat berada di medan lara. Pada bagian 10 dari biografi tersebut bercerita tentang Uji Nyali di Ambon, dimana Pada tahun 2009 saaat bertugas dalam kondisi konflik horisontal di Ambon, setiap hari pula Idrus bekerja melakukan operasi. Pada umumnya, pembedahan dilakukan terhadap pasien yang terkena peluru, untuk mengeluarkan proyektil yang bersarang di tubuh korban. Bukan hanya korban yang masih hidup yang dibedah, karena terhadap korban tewas pun tetap dilakukan upaya operasi untuk mengeluarkan sisa sisa proyektil sebelum dimakamkan dengan layak.

Pada bagian 11 berjudul Sebulan Bersama Pengungsi Timur Timur. menceritakan dalam tugas pasca Referendum Timor Timur itu, di Kefamenanu  Idrus dan timnya membangun rumah sakit lapangan di sebuah tenda darurat di tengah-tengah barak pengungsi yang dibangun oleh Pemerintah setempat.  Tenda itu didirikan di tepi sungai yang menjadi sumber air para pengungsi. Untuk menjalankan layanan kesehatan, Tim Medis UNHAS ini lalu berbagi tugas. Idrus dan dokter asal Jepang bertugas menangani pasien yang mengalami luka berat dan harus dioperasi.  Sedangkan dokter lainnya memberikan layanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan penyakit umum, seperti diare, demam, batuk dan perawatan luka ringan.

Doc Biografi Dokter di Medan Lara
Doc Biografi Dokter di Medan Lara

Pada bagian 18 Berjudul Meresapi Duka Nestapa Rakyat Acen, menceritakan pengalaman Idrus Paturusi dan kawan-kawannya sesama dokter, yang untuk pertama kali melihat ada begitu banyak mayat bergelimpangan di tengah kota, ratusan mungkin ribuan dalam hanya satu kali sapuan mata. Di mana-mana sepanjang mata memandang, yang mereka temukan hanyalah mayat dan mayat. Badai tsunami telah benar-benar menghancurkan Aceh. Seluruh tim bekerja keras memberikan pertolongan kepada para korban bencana.  Setiap hari, Idrus juga harus turun tangan melakukan pembedahan terhadap pasien patah tulang, sementara dokter-dokter lain yang tergabung dalam tim medis, tak kalah sibuknya melayani ratusan pasien setiap hari, di ruang perawatan yang serba terbatas dan kondisi seadanya.

Ada lagi pada bagian 29 berjudul Hari Hari Penuh Gempa di Lombok. Bercerita  bagaiman Idurs Paturusi Tim Medis UNHAS benar-benar uji nyali di ruang bedah RSUD Provinsi NTB yang berlokasi di lantai 4 saat bertugas pada tahun 2018.  Saat itu ada beberapa korban gempa yang harus mendapatkan pelayanan bedah. Idrus memimpin langsung proses bedah. Ketika proses operasi sedang berlangsung, gempa susulan muncul. Meja operasi bergerak dan berayun karena digoyang gempa. Beberapa anggota Tim Medis UNHAS yang berada di dalam ruang operasi saling melirik. Idrus memahami kekhawatiran anggota timnya dan dengan santai dia berujar, "Tenang mo ko. Biasa ji ini. Kalau ada gempa susulan, tidak usah lari." ujarnya.

Masih banyak lagi pengalaman empiris  yang dihadapi seorang Idrus Paturusi selama berada di medan bencana yang yang termuat dalam buku ini. Diantaranya Selamat dari Kecelakaan Helikoterdi Nias, Merapikan Jenasah Korban Gempa Padang. Sport Jantung di Perbatasan Pakistan dan Afganistan, Gelombang Esksodus Tki di Nunukan, Sebuah Pelajaran Dari Negeri Sakuran serta bagian bagian lain yang layak untuk dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun