Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biografi Dokter di Medan Lara, Jejak Pengabdian Idrus A Paturusi

23 April 2020   15:03 Diperbarui: 23 April 2020   22:18 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc  Biografi Dokter di Medan Lara

Setelah disurvei langsung, ternyata hanya 2 ruangan yang bisa digunakan untuk operasi. Alhasil, hari itu proses operasi bisa berjalan hingga tengah malam dan 4 pasien patah tulang bisa terlayani dengan baik. Itulah operasi pasien patah tulang pertama pasca gempa Palu yang dilakukan di RS Undata.  Pada Minggu sore itu pula, ada salah satu proses operasi pasien yang dilakukan tim gabungan tersebut yang mendapatkan perhatian khusus. Pasalnya, salah seorang pasien yang mereka tangani bernama Alfarida, adalah korban yang selamat setelah 2 hari terjebak di dalam reruntuhan bangunan Rumah Makan Dunia Baru.

Di RS Undata ada beberapa kendala yang cukup menghambat kerja-kerja tim medis dalam melakukan proses operasi khususnya pasien patah tulang. Masalah utama adalah tidak adanya aliran listrik, sehingga monitor, air dan AC di ruang operasi tidak bisa dinyalakan. Hal ini juga dialami tim medis di beberapa rumah sakit di Palu. Masalah kedua adalah terputusnya jaringan komunikasi sehingga menyulitkan proses koordinasi antar relawan medis. 

Masalah lainnya yang tak kalah penting adalah keterbatasan alat dan bahan operasi. Padahal pasien patah tulang yang membutuhkan pelayanan medis terus berdatangan.  Di rumah sakit lainnya, tim dan relawan medis yang bertugas di sana hanya bisa melakukan operasi ringan di ruang gawat darurat. operasi bedah tulang tidak bisa dilakukan sama sekali karena keterbatasan sarana dan peralatan.

Melakukan operasi saat gempa Palu tahun 2018. Doc Biografi  Dokter di Medan Lara
Melakukan operasi saat gempa Palu tahun 2018. Doc Biografi  Dokter di Medan Lara

Dalam kondisi seperti ini, Idrus berpendapat bahwa langkah terbaik untuk menolong korban gempa terutama pasien patah tulang adalah dengan merujuk mereka ke Makassar menggunakan pesawat Hercules TNI AU.  Sementara upaya pemindahan pasien ke dalam rumah sakit Undata berjalan 'setengah berhasil', karena sebagian besar pasien menolak masuk ke dalam bangsal karena khawatir akan datang gempa susulan. 

Guna meyakinkan pasien yang masih trauma, Tim Medis UNHAS dan PSC 119 RS Wahidin Sudirohusodo diminta untuk tidur di lantai 2 dan di ruang paviliun lantai 1 RS Undata selama 4 hari.  Hanya saja, udara yang panas di dalam kamar, ditambah bau mayat yang menyengat membuat sebagian relawan medis kesulitan tidur di dalam ruangan. Beberapa anggota tim dan relawan, akhirnya tidur di halaman rumah sakit dengan beralaskan terpal dan beratapkan langit.  Bahkan Idrus sempat tidur di atas kursi besi karena tak tahan dengan panasnya udara di dalam kamar rumah sakit. Upaya pemindahan pasien dari halaman rumah sakit ke dalam bangsal terus dilakukan hingga hari ketiga dan hampir seluruh pasien bersedia untuk masuk. 

Jadi Kurir di Tolitoli 

Sebagai orang Palu yang turut merasakan dasyatnya gempa bumi pada tahun 2018 tersebut, saya sengaja memilih kisah pada bagian 30 berjudul Bencana "Trisula" di Palu sebagai ulasan pembuka dari sebuah buku Biografi berjudul Idrus A Paturusi, Dokter di Medan Lara karya penulis asal Makasar Sili Suli dan Hurri Hasan setebal 353 halaman.  Bukan apa apa, karena yang dikisahkan penulis tentang kondisi di Palu khususnya dan wilayah Pasigala (Palu Sigi Donggala) pada umumnya, adalah sebuah realitas kehidupan pasca bencana yang penuh dengan duka dan penderitaan.

Apa yang tertulis dalam pada bagian 30 tersebut penuh dengan misi kemanusiaan dari dokter Idrus Paturusi yang melayani korban tampa pamrih. Saya ingat betul sang penulis Sili Suli hadir langsung di lokasi bencana untuk mengikuti aktivitas Idrus Paturusi selama di Palu.  Bahkan penulis ikut mengevakuasi jenasah bersama tim dari Baguna PDIP Sulsel dan Sulteng di lokasi lukiufaksi Balaroa Palu, meskipun saya sudah sempat melarang, karena evakuasi harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman.

Namun dimaklumi, karena situasi saat itu secara tidak langsung akan menggrakkan naluri kemanusiaan setiap orang, untuk berbuat apa saja demi menolong korban gempa dasyat.   

Mengjadi kurir di Tolitoli tahun 1996. Doc Biografi Dokter di Medan Lara
Mengjadi kurir di Tolitoli tahun 1996. Doc Biografi Dokter di Medan Lara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun