Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merenungi Indonesia dari Sanur Bali

15 Agustus 2019   10:44 Diperbarui: 6 September 2019   00:10 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Sanur Bali. DocPri

"Kita akan berjuang bersama dan bergerak bersama untuk mewujudkan nilai nilai kerakyatan, untuk mewujudkan nilai nilai nasionalisme demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ." (Jokowi, Agustus 2019)

Sebuah peristiwa politik belum lama berlalu, mengambil tempat di Sanur Bali. Sebuah partai besar pemenang pemilu yang mengusung jargon nasionalis, belum lama menghelat gawean nasional. Dari Presiden dan Wakil Presiden terpilih,  pejabat negara hingga para Pimpinan Parpol yang juga elit politik nasional turut  hadir dan berkumpul di pulau dewata itu.

Mereka adalah elit politik yang sempat menjadi lawan maupun kawan dalam kontestasi Pilpres. Sebut saja Jokowi, Ma'ruf Amin, Megawati Sukarnoputri, Prabowo Subianto, Surya Paloh, Airlangga Hartarto,  Osman Sapta Odang, Suharso Monoarfa, Hanif Dhakiri dan Eddy Suparno. Meskipun peristiwa itu telah beberapa hari berlalu, namun pesan politiknya masih relevan untuk direnungi.

Melihat para elit politik berbaur dan menyatu dalam momentum politik tersebut,  apa makna yang terkandung dalam kebersamaan mereka bagi publik yang menghendaki negara ini aman sentosa. Lalu apa juga maknanya terhadap peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 yang tinggal menghitung hari kita rayakan. Apa naknanya bagi keberlangsungan NKRI sebagaimana adagium Bung Karno tahun 1933  yakni Indonesia selama lamanya.

Dihamparan pasir putih pantai Sanur yang indah, saya mencoba merenungi makna terdalam dari momentum pollitik tersebut. Bahwa apakah para elit politik tersebut benar benar memiliki jiwa kenegarawanan yang mementingkan persatuan nasional diatas segala galanya. Apakah para elit politik tersebut  benar adalah insan patriotik yang sungguh sungguh bertindak untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Untuk tanah air tercinta. Jawabnya terpulang kepada mereka.

Doc Pribadi
Doc Pribadi

Namun sejujurnya saya memiliki ekspektasi besar atas bertemunya para elit bangsa dalam setiap momentum politik.  Bisa jadi bukan hanya saya, publikpun merindukan setiap momentum politik yang senantiasa menghadirkan kebersamaan dan persatuan diantara sesama elit politik. Rasanya publikpun sudah jenuh dengan rivalitas yang berlarut larut.  Terkecuali mereka yang menghendaki para elit terus bergontok gontokan dan bermuara pada perpecahan bangsa.

Momentum di Sanur Bali misalnya, melihat Jokowi dan Prabowo bisa bersatu disaksikan banyak orang, tentu membawa pesan politik yang positif kepada publik.  Bahwa masa masa menjadi rival politik sudah selesai, Saatnya rekonsiliasi dengan mengedepankan semangat persatuan demi membangun indonesia tercinta. Membangun peradaban bangsa melalui program yang terkandung dalam Visi Indonesia sebagaimana disampaikan Jokowi beberapa waktu lalu.

Merenungi bahwa elit politik benar benar adalah negarawan sejati yang bertindak untuk keindonesiaan adalah sebuah keniscayaan. Apalagi dalam momentum memperingati dirgahayu kemerdekaan Republik Indonesia, maka  jiwa dan semangat pengorbanan para pahlawan patut direnungi. Bahwa para pahlawan bertindak dan berkorban sejatinya untuk keindonesiaan adalah sebuah realitas. Benar benar tampa pamrih dan murni demi Indonesia merdeka.

Berharap jiwa dan semangat the fouding father ada dalam diri elit politik kekinian bukanlah tanpa alasan. The founding father yang sudah  berjasa besar mendirikan negara ini tentu berharap, apa yang sudah mereka tanam, akan dijaga dan dirawat oleh generasi sekarang, khususnya para elit politik. Tanggung jawab mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia yang sudah diperjuangan para pendahulu lewat darah dan air mata,  harus benar benar terpatri disanubari terdalam kita semua terutama elit politik. Bahwa kemerdekaan itu harus kita pertahankan dengan segenao jiwa raga adalah mutlak dilakukan.

Ditengah ancaman disintegrasi bangsa, dalam perenungan saya berharap mereka elit politik yang bertemu di Sanur Bali adalah the founding fahers masa kini. Founding father yang memiliki pikiran dan tindakan yang filosofis, terpercaya dan merakyat. Founding fathers yang benar benar segenap jiwa raganya adalah  dicurahkan untuk Indonesia. Indonesia sebagaimana yang dikatakan Sukarno.  "Kesinilah kita semua harus menuju. Mendirikan satu Nationale Staat, diatas kesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian."

Ini sebuah tantangan bagi elit politik siapapun mereka. Ditengah geliat manuver politik terkait wacana pengisian jabatan Menteri pasca Pilpres. kita mengingatkan mereka bahwa semangat dan perilaku the founding father jangan dilupakan. Bahwa keinginan untuk berbakti dalam kekuasaan adalah sesuatu yang tidak terelakkan, namun menjaga persatuan sebagainana yang diteladankan pendiri bamgsa menjadi yang utama. Menjadi prioritas.

Dari tepi pantai sanur Bali sembari memandang jauh ke lautan, teringat kembali sosok Sukarno yang merenung di tempat pembuangannya di tahun 1934-1938. Sukarno  dalam hari hari perenungannya di Ende dibawah pohon sukun sembari memandang lautan luas, menemukan ilham cemerlang akan prinsip prinsip dasar dari Pancasila yang kelak menjadi dasar negara ini. Jika permenungan adalah cara Sukarno mendapatkan pencerahan berupa konsepsi kebangsaan guna dipersembahkan buat negara ini, rasanya para elit politik perlu juga merenung, apa yang bisa dipersembahkan untuk masa depan bangsa.

Jelang peringatan kemerdekaan bangsa ini, saya merenung dari episentrum destinasi wisata dunia itu, kalau bangsa ini akan tetap utuh oleh karena elit politiknya bersatu. Elit politik yang senantiasa mengesampingkan ego dan hasrat politik demi keutuhan bangsa. Elit politik yang meneladani  semangat pendiri bangsa yang bertindak tanpa pamrih dem persatuan bangsa. Elit politik yang memiliki kehormatan menjaga negara besar ini dari ancaman disintegrasi dan degradasi bangsa.

Dari Sanur Bali yang eksotik, saya merenungi kembali perkataan Sukarno di tahun 1945, tujuh puluh empat  tahun  yang lalu. "Kita hendak mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua." Semoga konsepsi Bung Karno ini menjadi refleksi bagi para elit politik atas pengabdian mereka terhadap bangsa ini.

Dirgahayu Republik Indonesia ke 74.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun