Mohon tunggu...
Efraim Mangaluk
Efraim Mangaluk Mohon Tunggu... Dosen - Wadah Berkisah Tentang Kita di Timur

Dosen Humaniora Universitas Ottow Geissler Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pandemi dan Geliat Pendidikan di Pedalaman Papua

10 November 2021   13:24 Diperbarui: 10 November 2021   13:32 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan alat kebijakan publik terbaik sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan skill di era revolusi industri 4.0. Meskipun saat ini sistem pendidikan telah banyak mengalami trasformasi berbasis teknologi digital, realita yang terjadi sebagian besar wilayah Papua belum dapat mencicipi fasilitas teknologi pendidikan yang sudah lama tersedia di kota-kota besar.

Puncaknya ketika pandemi Covid-19 turut melanda bumi Cenderawasih. Pembatasan sosial yang menyebabkan semua sekolah ditutup berakibat pada terhentinya kegiatan belajar mengajar selama kurang lebih 3 bulan. Padahal Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mayoritas belum mendapatkan layanan pendidikan yang optimal.

Persoalan yang semakin nampak ketika seluruh peserta didik di Papua seolah "dipaksa" untuk melakukan pemanfaatan media berbasis teknologi komunikasi untuk dapat mengakses pembelajaran secara daring. Faktanya hampir sebagian besar peserta didik di Papua tidak memiliki akses terhadap perangkat komunikasi digital (gawai, komputer) dan 72,6 % daerah tidak memiliki jaringan internet untuk menunjang pembelajaran daring yang direkomendasikan oleh pemerintah.

Salah satu kerumitan yang muncul di tengah masa pandemi adalah keharusan untuk tetap menjalankan proses belajar mengajar ketika sekolah-sekolah ditutup. Para peserta didik didorong untuk tetap giat belajar meskipun dalam situasi yang serba terbatas. Pembelajaran konvensional yang berlangsung di dalam kelas merupakan satu-satunya mekanisme pembelajaran yang mayoritas digunakan di Papua.

Dapat dibayangkan ketika secara tiba-tiba pemerintah menutup sekolah dan mewajibkan peserta didik untuk belajar dari rumah. Sementara para guru dan tenaga pengajar seolah "dipaksa" untuk memanfaatkan teknologi digital yang selama ini tidak pernah digunakan hanya untuk memenuhi sebuah tuntutan "Belajar dan mengajar dari rumah". Dunia pendidikan di Papua seolah guncang akibat perubahan mekanisme belajar yang serba mendadak ini.

Menteri Nadiem Makarim dalam berbagai arahannya terkait persoalan pendidikan di wilayah timur Indonesia menghimbau agar ada sinergisitas antara pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah harus sigap dalam melihat kebutuhan utama peserta didik khususnya selama masa tanggap darurat COVID-19.

Pembelajaran online seolah-olah hanya menjadi pilihan utama yang dapat mendukung proses pembelajaran jarak jauh. Pilihan untuk belajar secara online tanpa disadari menjadi sebuah keharusan yang cenderung di setting sedemikian rupa tanpa mempertimbangkan seperti apa potret kehidupan di pedalaman Papua.

Tidak Ada Listrik, Tidak Ada Signal

Dalam sebuah wawancara melalui telepon dengan Pak Robi, seorang guru SD Inpres Guna, Distrik Gelokbeam, Kabupaten Lanny Jaya, mengutarakan pengalamannya ketika pemerintah daerah mewajibkan seluruh peserta didik di pelosok Indonesia tidak terkecuali di pedalaman Papua harus menghentikan sementara proses belajar mengajar di sekolah.

Dalam wawancara dengan Pak Robi ditemukan informasi bagaimana murid-murid Sekolah Dasar Inpres Guna, sama sekali tidak memiliki akses internet, jaringan telepon, listrik, siaran radio dan televisi. Situasi tersebut membuat aktivitas belajar jarak jauh akibat pandemi menjadi lumpuh total. Situasi tersebut kemudian diperparah dengan jarak tempat tinggal setiap murid yang umumnya berada jauh dari sekolah.

Nelly Irawati, seorang guru SMA Negeri II Mbua, Distrik Mbua Kabupaten Nduga, menceritakan pengalamannya yang sama. Bagaimana murid-murid sekolah di daerah itu mengalami kondisi keterbatasan yang persis dialami Pak Robi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun