Mohon tunggu...
Feizal Karim
Feizal Karim Mohon Tunggu... wiraswasta -

Think revolutionary, Talk politely, Act progressively

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasioner Perlu Tim Admin yang Bijak

14 November 2013   22:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:09 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_292280" align="aligncenter" width="300" caption="(pic: edited by efki)"] [/caption]

Sejak jadi Kompasioner bulan Februari 2009, sudah dua kali dengan hari ini saya menyaksikan terjadinya friksi yang rada serius antara sesama Kompasioner.  Yang pertama saya lupa karena sudah lama, kali ini dipicu oleh sebuah tulisan yang bersinggungan dengan keyakinan agama.

Seseorang menulis dengan pendekatan belah bambu, pihaknya dia angkat sementara pihak orang lain dia injak.  Padahal ia menggunakan simbol-simbol organisasi yang identitasnya jelas.  Dengan beraninya si penulis menyatakan pihak lain harus belajar pada pihak dirinya dengan mengesankan pihak lain itu sangat dungu.  Padahal dengan pengetahuan kerohanian yang tidak perlu terlalu dalam kita dapat mengetahui bahwa ia telah menulis tentang pihak lain yang tidak ia ketahui dan kuasai dengan baik.

Jika memang ia berilmu yang cukup, maka akan sangat menyenangkan untuk berdiskusi dengan orang semacam ini karena ia kelak akan bisa melihat apa kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak.  Insya Allah orang yang cerdas dan memang mencari kebenaran, akan terbuka pikirannya sehingga setidak-tidaknya akan menimbulkan saling pengertian dan penghargaan.  Tapi bila pendekatannya hanya sepihak dan berangkat dari asumsi “look down” pada pihak lain, tentu pihak lain itu akan mudah tersulut dan bereaksi secara proporsional sehingga timbullah friksi di dunia maya ini yang sudah menjadi bagian dari domain publik.

Terlepas dari kandungan substansinya, ketika berkomunikasi dan tampil di depan publik, tidak seorangpun boleh bersikap melecehkan, diskriminatif, apalagi menista yang bukan pihaknya.  Dalam hal keyakinan, masing-masing pihak pasti punya pegangan kuat sendiri sehingga akan menjadi masalah prinsipil ketika itu diusik oleh orang lain yang terasa tidak pula berilmu tentang yang dikemukakannya.  Karena masing-masing pihak bisa melakukan hal yang sama, sangatlah tidak etis--tepatnya tidak sopan--bila seseorang mengungkapkan hal orang lain sementara ia tidak cukup ilmu dan pemahaman tentangnya!

Sebetulnya apa yang dicari seorang Kompasioner dengan tulisannya?  Apakah sekedar ingin populer, untuk menunjukkan kehebatan diri, mau melepaskan nafsunya menista orang atau pihak lain yang berbeda dengannya?  Semestinya ajang ini digunakan secara positif utnuk berbagi informasi, menebar saling pengertian, memberikan pencerahan dengan sesama, meningkatkan kemampuan menulis dan jurnalistik, dan sebagainya yang dapat membawa pada peningkatan kemaslahatan bangsa.

Sebagai ajang yang difasilitasi oleh sebuah media massa yang besar, sebenarnya Kompasiana sudah mengarah ke sana sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan yang dicantumkan Tim Admin Kompasiana.  Entah karena tidak membacanya, lalai, atau bersengaja (celakalah ia bila demikian), masih saja ada kita jumpai Kompasioner yang menulis dengan pendekatan yang destruktif sebagaimana dijelaskan di atas, khususnya “masuk kamar orang lain” atau memberikan komentar yang sinis serta apriori.  Sebenarnya bila kita tidak senang dengan suatu hal, bisa dilakukan masukan atau koreksi dengan santun dan berimbang.  Bila tidak juga memberikan hasil atau makin parah, bukankah kita punya Tim Admin yang bertanggungjawab terhadap lurusnya Kompasiana ini?

Karena itu mari masing-masing kita mawas diri, tingkatkan ilmu dan lengkapi informasinya jika ingin menulis tentang sesuatu, prioritaskan topik atau tema yang kita fahami dan lebih relevan dengan diri kita sendiri, menulislah untuk kemajuan, pakailah kacamata yang konstruktif dan buang yang destruktif.  Sebagai Kompasioner kita juga berkewajiban menghormati bangsa dan negara ini berikut symbol-simbolnya, serta menghargai Tim Admin yang tentunya sudah sangat piawai dalam mengawal kita semua dalam medan Kompasiana ini.  Karena kita semua menginginkan kemajuan, tentu juga tidak akan mau berlama-lama di sini bila tidak ada Tim Admin yang bijak, objektif, dan cinta pada kedamaian dan kemajuan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun