Mohon tunggu...
susilo ari
susilo ari Mohon Tunggu... Wiraswasta - generalis

ngerti sedikit-sedikit lah

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kalau Belum Paham, Jangan Beli Saham (2)

12 Juni 2019   01:05 Diperbarui: 12 Juni 2019   11:57 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Tulisan ini menyambung dari Kalau Belum Paham, Jangan Beli Saham (1))

Clem Chambers memberi judul bukunya The Game in Wall Street untuk mendeskripsikan apa yang terjadi di ikon perdagangan finansial dunia. Persis seperti apa yang saya sebut di tulisan pertama. The Game. Permainan. Mari kita sebut permainan itu adalah PASAR (Market). Kalau kita memahami apa itu market, bagaimana market bekerja, siapa yang terlibat di dalamnya dan ketrampilan apa yang dibutuhkan supaya seseorang bisa melakoni permainan dengan baik, maka ada peluang bahwa pembelian saham yang kita lakukan akan berbuah nyam-nyam. 

Stock Exchange (bursa) sebetulnya sama seperti pasar-pasar yang lain. Sama dengan pasar buah, pasar burung, Pasar Beringharjo, Mall dan pasar yang lain. Dalam pasar ada penjual, pembeli, dan produk yang dijualbelikan. Ada kesepakatan harga di level tertentu sehingga terjadi perpindahan kepemilikan atas barang dari penjual kepada pembeli. Ada transaksi. Ada pertemuan antara supply (penawaran) dan demand (permintaan). Kalau menyebut bursa efek, tentu barang yang ditransaksikan berupa saham dan teman-temannya. Begitu juga untuk komoditas futures (berjangka) seperti minyak bumi, emas, perak bahkan forex (foreign exchange). 

Prinsipnya sama. Si A punya pepaya. Si B butuh pepaya. Ketemu. Si A dan Si B bertransaksi dengan harga yang disepakati. Seribu misalnya. Done. Nah, Si B ini setelah tadi jadi pembeli, sekarang bisa juga jadi penjual. Si B ketemu Si C. Si C butuh pepaya. Mereka bertransaksi. Kalo Si B melepas pepayanya di harga duaribu dan Si C setuju, maka Si B dapat untung (buesaaar). Tapi kalau pepaya itu dilepas Si B di harga limaratus, rugilah dia.

okeinfo.net
okeinfo.net
Pemain dalam permainan market juga sama saja dengan yang ada di pasar-pasar lain yang contohnya saya sebut tadi. Ada penjual ada pembeli. Ada perantara (broker) yang di pasar hewan di Jawa Tengah disebut blantik. Sementara kalau julan tanah, brokernya kita sebut calo. Ada regulator yang memastikan transaksi berjalan tanpa menyalahi aturan yang berlaku. Penjualnya juga beda-beda. Ada penjual eceran, grosiran, distributor dan seterusnya. 

Pembelinya juga begitu. Ada yang beli ketengan (ecer) sampai yang beli borongan. Bayangkan kita beli rokok. Ada yang beli cuma ngeteng sebatang, ada yang sebungkus, ada yang satu slop sampai beberapa slop. Ada juga yang beli rokok satu mobil boks. Bisa jadi ada yang memborong rokok satu gudang.

Lalu siapa calo dalam perdagangan saham? Ya broker-broker yang merayu Anda untuk berinvestasi atau berdagang saham itu lah. Dan seperti umumnya berhubungan dengan calo, ada komisi atau fee untuk mereka pada setiap transaksi kita. Regulatornya? Di setiap negara atau kawasan beda-beda. Di Indonesia ada OJK. 

Kalau Anda masuk bursa saham sebagai pembeli dan penjual yang dananya kecil, beli sahamnya satu sampai beberapa lot saja, maka Anda termasuk retail trader/investor (istilah trader dan investor akan saya tulis khusus). Di atas Anda ada pemain-pemain pasar yang lebih besar berdasar kekuatan modal mereka. Bisa individu, bisa lembaga. Ada Lo Kheng Hon. Ada perusahaan-perusahaan asuransi, pengelola dana pensiun, pemilik produk reksadana dan perusahaan yang kerjaannya ( dan penghasilannya) memang jual-beli saham dan produk pasar finansial lainnya. Mari kita sebut saja yang besar-besar itu The Big Player. Kalau di level internasional misalnya Warren Buffett dengan Berkshire Hathaway-nya. Kalau di pasar uang (currency market) kita kenal George Soros yang tahun 1992 membuat kalang-kabut bank sentral Inggris dan yang dituding Mahatir Mohamad sebagai biang kerok krisis keuangan di Asia  21 tahun silam. Sudah nonton film Wall Street? Tokoh Gordon Gecko yang diperankan Michael Douglas itu juga bisa jadi contoh. Masih banyak lagi yang termasuk institutional trader/investor. Nah, sekarang Anda mulai paham siapa Anda dan di mana posisi Anda dalam permainan pasar ini. Saya kok berasumsi kalau kebanyakan orang yang berduyun-duyun ikut mencoba mencicipi manisnya saham di bursa kita belakangan ini adalah kelas retail trader/investor. The small players.

Lalu bagaimana hubungan antara Big Player dengan Small Player di permainan market ini? 

(Bersambung....)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun