Mohon tunggu...
Efi Fitriyyah
Efi Fitriyyah Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Bandung

Blogger Bandung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inovasi Balitbang PUPR untuk Pengelolaan Sampah

5 Desember 2017   20:42 Diperbarui: 7 Desember 2017   10:49 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu untuk mengolah sampah dapur tadi dalam komposter bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

  • Siapkan wadah apa saja, misalnya ember bekas maksimal setinggi 60 cm agar sirkulasi udara tetap terjaga
  • Simpan pasir atau kerikil di dasar wadah
  • Masukan kompos (jika tidak ada tidak apa-apa)
  • Masukan sampah dapur (maksimal ukurannya 5 cm)
  • Tutup dengan tanah (boleh tanah apa saja).
  • Masukan cacing tanah biasa dengan jarak 5 cm. 

Untuk satu container berukuran  60 cm x 30 cm dibutuhkan kira-kira 1 kg cacing tanah. Nantinya dalam setiap hari cacing-cacing ini akan naik ke permukaan membuang kotoran dengan volume mencapai  0.5 kg. Yup,saya ga salah, 0,5 kg. Ini karena satu ekor cacing tanah menghasilkan kotoran setara dengan setengah dari berat  tubuhnya. 

Pastikan komposter ini tidak terkena sinar matahari langsung karena sifat alami cacing yang menghindari sinar matahari. Selebihnya jangan lupa untuk memastikan menyirami komposter dengan kadar air yang cukup namun bila terkena hujan tidak usah disirami lagi.  

Komposter ini tidak akan berbau atau mendatangkan belatung atau lalat karena limbah dapur tadi sudah tertutup tanah.  Kascing alias bekas cacing yaitu kotoran cacing yang berwarna putih yang muncul di permukaan tanah inilah  yang akan kita panen setiap hari.

Untuk 1 kg kascing bisa dijual dengan harga Rp.7.500/kg, sedangkan kalau diekspor ke Malaysia bisa dihargai lebih mahal lagi jadi Rp. 15.000. Lumayan menggiurkan, kan? Hitung deh dari satu komposter Kascing saja setidaknya kita sudah bisa menghasilkan 15 kg Kascing.

sampah-kompsoter-5a28b9bb677ffb27244d4232.jpg
sampah-kompsoter-5a28b9bb677ffb27244d4232.jpg
 foto: Kang Ali                                           

Bagaimana,tertarik untuk mengelola sampah dapur jadi bernilai ekonomis?  

Mulai dari sekarang mari kita memilih dan memilih sampah antara sampah organik dan anorganik sebelum dibuang.  Bila sampah anorganik seperti kertas dan Koran bisa kita kelompokan untuk didaur ulang, sampah-sampah organik kita pilih lagi untuk dikelola lebih baik. Selain mengurangi bau dan residu akhir yang terkumpul di Tempat Pembuangan Akhir Sampah bisa jadi bermanfaat secara ekonomis. 

PR untuk mengelola permasalahan sampah sebenarnya bukan cuma tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga kita semua. Siapa sih, yang tidak senang kalau ternyata permasalahan sampah dan banjir karena onggokannya menghambat laju air di sungai atau selokan ternyata  bisa kita atasi dari hal terkecil, kita sendiri dan sejak sekarang. Setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun