Mohon tunggu...
Efi Fitriyyah
Efi Fitriyyah Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Bandung

Blogger Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Asian African Carnival dan Historical Walk Ala Kompasiana Bandung

26 April 2015   00:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan  ngaku update  kalau ternyata enggak tahu  apa yang sedang terjadi dan  jadi trending topic di Bandung. Apalagi kalau bukan peringatan konferensi KAA  atau  dikenal juga dengan Asian African Carnival.  Seperti  yang sudah disepakati  para pemimpin Asia dan Afrika  yang pernah terlibat dalam  persitiwa  bersejarah 60  tahun silam, mereka  janjian untuk reunian  10 tahun sekali di Bandung. Dan tahun 2015 ini adalah saatnya  untuk bertemu kembali, napak tilas sejarah dan mengobarkan lagi semangat Dasa Sila Bandung.

[caption id="attachment_412697" align="aligncenter" width="300" caption="Soekarno dan Mandela"][/caption]

Berbeda dengan perayaan  yang sudah-sudah,  event 10 tahunan sekali ini  bukan hanya jadi ajang seremonial  kenegeraan saja. Big thanks buat Kang Emil, walikota  Bandung yang sudah menjadikan   Asian Afria Carnival ini juga jadi pesta rakyat. Setelah sibuk berbenah dan dandan cantik menyambut kedatangan para tamu yang berkunjung, kini  giliran rakyat Indonesia, terutama  urang  Bandung  untuk merayakannya dalam  gelaran acara Asian African Parade yang berlangsung  sabtu tanggal 25  April 2015 siang tadi dan  Festival of Nations  Kulturasun yang akan berlangsung  minggu tanggal  26 April 2015 besok. Salah satu pesona  Indonesia Travel yang  sayang sekali untuk dilewatkan.

Pesta rakyat dalam Asian African  Parade kemarin  menghadirkan  para peserta  dari berbagai negara dan Indonesia sendiri dengan kostum dan atraksi yang unik dan menarik.  Sayang rasanya  kalau hajatan seru  dan  bersejarah ini  dilewatkan begitu saja. Makanya  saat saya dan 4 teman-teman Kompasiana  diajak oleh admin Kompasiana memenuhi  undangan  dari Kementerian Pariwisata untuk ngeliput acara ini  tidak disia-siakan. Hayuuuu

[caption id="attachment_412701" align="aligncenter" width="300" caption="credit: Ismi"]

1429980995104908316
1429980995104908316
[/caption]

Sekitar  jam 13.00  saya  dan teman-teman berkumpul di media centre  di gedung PGN, jalan Braga. Sambil menunggu kedatangan para blogger dari luar negeri,  naluri ngeksis  membuat  kami sempat berwelfie ria di sini. Hihihi.... begitulah.  Salah satu  ciri dari blogger emang  jadi mahluk yang sadar kamera.

[caption id="attachment_412702" align="aligncenter" width="300" caption="blogger asing juga tertarik ngeliput"]

14299811121393033762
14299811121393033762
[/caption]

Akhirnya, setelah  para blogger  hadir dan berkumpul, kami memulai  perjalanan  'historical  walk' ala kami.  Jalan kaki santai  yang  dipandu panitia  melalui  jalan Cikapundung  untuk sampai di alun-alun  Bandung sebagai pusat  keramaian.  di sisi timur  alun-alun,  sudah ada  panggung  yang  disiapkan panitia   dan  bus Bandros  yang  parkir di sana.  Sekali lagi, thanks banget buat panitia, akses istimewa untuk naik ke atas  Bandros, membuat  saya dan teman-teman lebih leluasa dan nyaman meliput  acara  tanpa terhalang  oleh kerumunan massa. Sempat mencelos juga pas datang di lokasi. Gimana caranya  bisa  ngelihat acara dengan nyaman, ya? Apalagi  postur saya  terbilang mungil,  pake sepatu kets pula.Ih kok malah curcol, sih :D.

1429982634391786789
1429982634391786789

Nah ini dia beberapa  hasil  jepretan saya di acara siang tadi.

142998270779633885
142998270779633885

Lautan Massa  yang memadati  alun-alun. Bahkan Shelter Bus  pun di sulap jadi  tribun vip  untuk walikota  Ridwan Kamil  dan Menteri  Pariwisata, Arief  Yahya. Perhatiin deh, di balik shelter, lapang rumput sintetis yang terhampar  di depan Mesjid Agung pun tetap ramai oleh pengunjung.  Ridwan Kamil benar-benar sudah menaikkan indeks of happiness urang Bandung  yang  memancing warganya berkumpul dan bersosialisasi di luar. 

1429982865620669605
1429982865620669605

Nah, kalau  ini aksi  maching band yang menghibur.

1429982895822299312
1429982895822299312

Foto di atas adalah salah satu spot  historical walk di jalan Asia Afrika.  Dalam salah satu acara di tv, ternyata koki yang masak untuk presiden Soekarno dan para tamu pada acara Konferensi  KAA   60 tahu silam masih hidup, lho. Dengan usia sekarang sudah sekitar 100 tahun. masih sehat walafiat  untuk ukuran usia segitu mah.  Masih lancar bercerita  saat diwawancara dan buat saya,  secara fisik  seperti yang masih berusia 80an.

14299829771806938723
14299829771806938723
Setelah bosan melihat dari ketinggian  Bandros, kami naik ke jembatan penyeberangan yang terletak tidak jauh dari  bus Bandros. Dan seperti inilah kerumunan massa  yang menyemut yang terlihat dari  atas . Kira-kira ada berapa  ya, yang tumpah di arena ini?

1429983001907037931
1429983001907037931
1429983042121919980
1429983042121919980
Dua monumen ini jadi salah dua dari beberapa spot favorit warga dan pengunjung perayaan Asian African Carnival  untuk berselfie ria.

1429983076586918945
1429983076586918945

Jadi seperti ini  ya, tulisan jalan Braga  dalam  huruf  hanacaraka  atau aksara  khas sunda  buhun  (baheula).Jujur, saya ga ngerti tulisan ini kalau ga ada transliterasi bahasa Indonesianya  hehehe.

1429983106335925206
1429983106335925206

Foto-foto bareng di titik nol. Kali ini memanfaatkan fitur tongmas. Tolong dong, mas. hehehe.

1429983164221242965
1429983164221242965
Nah monumen ini adanya di depan Bank Jabar jalan Braga.  Di sini  juga pernah terjadi peristiwa bersejarah perobekan bendera Belanda. Soekarno bilang  Jas Merah,  Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Semoga  bukan cuma monumen saja, tapi ada spirit  yang tidak terlupakan dari makna mempertahankaan kemerdekaan, ya.

1429983306628813646
1429983306628813646
1429983346275145248
1429983346275145248
Jalan-jalan juga membuat kami lapar berat.  Pak Asep, penjual kacang rebus yang mangkal ini  menarik perhatian mbak Keykey yang memborong kacang rebus. Pak Asep yang tinggal di jala Nyengseret, Kopo ini mulai jualan  dari jam 3 sore sampai jam 1 malam, katanya. Tangan yang mejeng di foto itu tangannya Mbak Keykey  yang memborong kacang ini.  Salah satu kuliner  yang mulai langka. Padahal enak, murah dann sehat, lho.

14299832002124078200
14299832002124078200

1429983267777651783
1429983267777651783

Sebelum  kami berpisah dan pulang, mampir dulu di jalan Kejaksaan dan jajan bakso ceker yang terkenal ini. Cape iya. Tapi seru, senang dan pastinya exciting jadinya  kaki pegal dan gempor  tidak terlalu terasa.  Masih ada cerita serunya diperjalanan kami untuk hari kedua. So, tunggu lanjutannya  besok, ya. saya udah ngantuk  nih, waktunya nganyam bulu mata. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun