Ayo  berolahraga !
Ada saat dimana ajakan untuk masyarakat agar berolahraga. Istilah 'Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga' pernah terasa begitu kental .
Saat pandemi ini adalah saat dimana kebanyakan orang harus lebih banyak di rumah. Baik bekerja dari rumah, PJJ ( Pelajaran Jarak Jauh )  dari rumah dari tingkat PAUD hingga  perguruan tinggi. Karyawan swasta ataupun para ASN, guru dan dosen. Segala lapisan kecuali yang memang harus keluar untuk mencari makan.
Aktifitas yang  berubah dari mobilitas yang lumayan tinggi, pergerakan dari rumah ke kantor atau ke sekolah atau ke kampus, ditekan menjadi terkurung di rumah saja.
Menurut beberapa teman yang bekerja dari rumah, mereka lebih banyak makan, rasanya lapar terus dan baik itu camilan atau makanan berat , porsinya mungkin bisa saja lebih banyak daripada saat sebelum pandemi.
Kalori yang masuk dengan kalori yang dikeluarkan menjadi timpang , ketika mereka lebih banyak duduk dan menghadapi layar laptop atau komputer di rumah. Otomatis akan menumpuk dan menyebabkan bertambahnya berat badan, jika tidak disertai olahraga sebagai penguras kalori.
Ada yang berceritera naik lima sampai sepuluh kilogram berat badannya, Â ya karena kurangnya aktifitas di luar seperti dulu sebelum pandemi.
Suasana monoton dan membosankan membuat mereka juga menjadi suntuk karena rasa bosan. Menjadi pemicu mudahnya tersulut emosi, menurut beberapa orang. Tidak ada penelitian khusus mengenai ini.
Ada juga yang malahan sangat kurus karena pasangannya berada di rumah. Biasanya bekerja di kantor, berada di rumah terus-terusan ternyata ada juga yang mengalami gesekan dengan pasangannya, pekerjaan dan beban pikiran bertambah dari sebelumnyaÂ
Apa yang mesti dilakukan untuk mengusir kebosanan dan meningkatkan dopamine atau enzim penghasil rasa bahagia tersebut, saat ini adalah salah satunya dengan berolahraga sesuai kemampuan dan mengingat umur juga.
Olahraga disinyalir sebagai obat stres paling ampuh . Anak- anak muda mungkin berolahraga dengan lebih ekstrim dan ketat. Mereka banyak yang sudah memperhitungkan antara kalori yang masuk dengan kalori yang keluar.
 Sebelum ada pandemi covid 19 ini mungkin mereka pergi berenang dan ke tempat gim atau olahraga yang memicu adrenalin , banyak sekali.
Pandemi ini mungkin memaksa orang untuk melakukan olahraga yang jauh lebih sederhana. Ketika para pehobi renang atau gim yang biasanya ke tempat sarana olahraga umum, saat ini tempat tersebut kebanyakan ditutup.
Olahraga bersepeda menjadi booming. Penjual sepeda menuai panen. Seli atau sepeda lipat baik yang premium maupun medium , menjadi gaya tersendiri. Dimana- mana melihat orang berolahraga dengan bersepeda.
Kritikan- kritikan  mencuat di media sosial tentang goweser baru ini yang dianggap seharusnya tidak memenuhi jalan, tidak seenaknya sendiri dan banyak hal yang dikonotasikan  entah bagaimana.Hingga akhirnya muncul aturan tentang bersepeda demi keselamatan goweser.
Kembali ke judul, olahraga sebenarnya soal niat dan kebiasaan. Jika sudah biasa berolahraga, baik yang bersepeda atau berjalan kaki, sebagai contoh  paling sederhana. Ya biasa dan sebuah kebiasaan. Yang akan terasa ada hilang jika tidak dilakukan. Seperti orang yang biasa memakai arloji di tangan saat keluar rumah, mungkin ada yang merasa ada sesuatu yang kurang jika kelupaan memakainyaÂ
Orang- orang yang sudah biasa berolahraga, justru akan mendapati badannya merasa tidak enak,jika lama tidak berolahraga. Mungkin juga merasa suntuk atau apapun pokoknya tidak nyamanlah.
Olahraga sesuai kemampuan adalah kebiasaan yang sehat, tidak terlalu memaksa diri atau hanya sekedar ikut- ikutan. Olahraga kesukaan dan esensi dari berolahraga itu sendiri adalah menyeimbangkan antara kalori yang masuk dengan kalori yang keluar, hiburan atau refreshing, agar tetap sehat , Â kalori masuk yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan, bisa menyebabkan penumpukan lemak yang berujung pada obesitas, jika tidak pernah berahraga. Apapun olahraga yang disukai adalah jenis refreshing yang layak dilakukan yang dipercayai sebagai penghilang stres sehingga badan dan pikiran menjadi jernih dan segar.
Pernah kita mendengar bahwa melakukan olahraga jalan kaki minimal tigapuluh menit sehari adalah pencegah penyakit stroke. Kulit yang bersinar karena berolahraga. Mudah terkena penyakit kalau tidak pernah berolahraga. Barangkali semua itu benar  adanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI