"Tidak ada" kata Anita sambil mengamati kepergian pria  yang buru-buru pergi dan istrinya mengikuti kecepatan langkahnya, mereka tidak jadi berbelanja. Bagus!
Mencoba meredam dirinya dari suasana hati yang benar-benar kacau dan mempertanyakan sikap spontannya, kenapa harus semarah itu, kenapa harus sekasar itu? Bukankah seharusnya dia pergi dan membiarkan mereka?
Hari berganti dengan masih meragukan seniri apa yang telah dilakukannya, siapa pasangan itu, siapa pria keji itu?Â
**
Acara hari ini di kantornya, berkenalan dengan pimpinan baru yang berasal dari  kota lain. Lelaki yang ia juluki 'monster' dengan teman-temannya saat ia berceritera tentang peristiwa di supermarket, dia berdiri disana dengan senyum dan wibawa dan ketenangan, bersama istrinya yang sepertinya tidak mengenalinya pasangan yang terlihat begitu harmonis, Anita tiba-tiba merasa muak.
Tamatlah riwayatku! Pikirnya.
**
Pergerakan dimulai, adu pengaruh dimulai, Anita seperti biasa tidak begitu peduli. Yunior yang pernah diajarinya sepertinya semakin merangsek maju menebar pesona dan Anita sudah hapal, anak itu tidak bisa apa-apa.
Peperangan dimulai, Yunior nampaknya lebih dipercaya dan diserahi apa-apa, Anita merasa dilangkahi karena Yunior mengambil alih kuasa dan tiba-tiba Anita merasa akhir-akhir ini hanya makan gaji buta.
**
"Jangan Resign" Kata temannya Lala.