Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Apa Membantu Pulang Orang yang Sudah Berniat Pergi?

14 Februari 2020   12:17 Diperbarui: 14 Februari 2020   13:08 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah analogi yang sederhana , ketika seseorang sudah berniat pergi dari rumah atau hunian yang pernah ditinggalinya, pergi begitu saja. Pertanyaannya adalah untuk apa mempertahankannya? Atau bahkan menolongnya pulang. Jika ini tidak ada kaitannya secara kekeluargaan.

Barangkali tidak begitu tepat analogi ini , tetapi negara adalah ibarat rumah dalam skala lebih besar. Bukankah ketika mereka pergi , mereka berpendapat tidak cocok lagi di negara ini? 

Dalam hal ini tentang pemulangan WNI eks ISIS. Jelas dengan niat sepenuh hati ketika mereka pergi dari tanah air untuk mendapatkan apa yang pernah dikejarnya. 

Saya rasa yang perlu diingat kembali,  bahwa sebuah ideologi itu hanya bisa hangus atau hancur oleh berpisahnya roh dari raga. Ketika sudah dicekoki dengan paham- paham yang diyakini oleh mereka bahwa itu benar, tertutup kemungkinan untuk bisa merubahnya.

Bukan tidak mungkin juga apa yang sudah diinjeksikan dalam pikiran itu lalu kelak disebarkan dan berusaha mencari pengikut berdasarkan paham mereka.

Anak-anak yang sebenarnya masih lugu kemudian diikutkan dalam andil tersebut dan sudah semacam 'brainwash' atau pencucian otak ditanamkan setiap hari. Bagaimana orang tua mereka membiarkan hal demikian terjadi? Yatim piatu dan semacamnya? 

Langkah yang tepat adalah tidak  usah membantu  atau menolong atau menerima orang yang sudah tidak sudi lagi bersama dan lalu mencari apa yang dianggapnya benar adalah membiarkan mereka tetap di tempatnya,  itu resiko yang harus mereka tanggung. Mungkin atas dasar kemanusiaan terketuk, tetapi efek jangka panjang dari 'brainwash' tadi juga perlu diperhitungkan dan  tidak bisa mengawasinya terus seumur hidup, karena bersifat laten atau tersembunyi dan berbahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun