Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Layangan Putus

4 November 2019   18:34 Diperbarui: 4 November 2019   18:39 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#Layangan putus..

Apa itu layangan putus? Layangan putus adalah kisah layangan yang putus dari tali yang mengikatnya oleh banyak hal, adu gesek tali dan kuat-kuatan benang yang digelas dan layangan yang tertiup angin begitu kencang. 

Layang-layang lalu terbang tidak keruan, bisa tertancap di dahan pohon, dikejar anak-anak pemburu layangan, jatuh ke tanah dalam keadaan utuh atau sobek, terkait di tiang listrik, namun intinya sama, layang-layang itu terbang mengikuti arah angin kemana perginya tanpa bisa menolak.

Tagar layangan putus ini baru saja viral. Begitulah kehidupan, kemana arah angin bertiup dan membawa. Tetapi satu hal yang  masih saya ingat adalah , ibu saya berpesan bahwa saya harus memiliki pegangan, pegangan itu bisa berupa uang , pekerjaan ataupun kepemilikan.Nasib orang tidak tahu, jangan bergantung sepenuhnya.

Tidak ada yang cukup gila untuk bertujuan bercerai saat janji pernikahan itu dilaksanakan, tetapi seiring waktu banyak yang terjadi bahwa akhirnya hal gila itu benar-benar ada. Saya yakin ketika upacara pernikahan dilangsungkan, janji suci itu diinjeksikan di setiap aliran  darah, kita akan setia satu sama lain.

Lalu arus itu bisa datang dan orang bisa terikut arus atau tidak terikut arus.Orang yang berkoar-koar tidak akan selingkuh akhirnya kepergok selingkuh, orang yang di media sosial begitu mesra akhirnya juga bercerai, orang yang tidak pernah menunjukkan kemesraan di depan umum malah awet-awet saja.

Pernikahan atau perkawinan itu adalah jatah masing-masing orang, kecuali yang memutuskan tidak akan menikah, tidak akan dibicarakan disini.

Beberapa hal yang terjadi dalam pernikahan itu mirip keberuntungan.Ada yang mendapatkan suami mapan dan baik dan setia dan sempurna, ada yang sebaliknya hidup setiap hari seperti di neraka.

Saya tidak tahu bagaimana para pria bersikap pada seorang wanita yang bekerja. Karena dulu waktu saya mencari jodoh , saya mencari pria yang memberi kebebasan untuk bekerja dan saya menuruti nasehat dari  ibu saya, saya harus punya pegangan.

Bukannya saya tidak mempercayai pria yang akan menikahi saya, tetapi saya memiliki cadangan agar saya merasa kalau ada sesuatu , saya tidak akan benar-benar jatuh , seperti beberapa orang yang saya lihat di kehidupan masa kecil saya. 

Ibu saya memberi nasehat arti wanita yang mandiri agar dihargai pria dan tidak hanya 'nyadhong(meminta)' , ini mungkin tidak cocok untuk beberapa pendapat ,bahwa pria yang harus  menafkahi. Ya pasangan saya menafkahi , tetapi saya juga punya pegangan sendiri. 

Banyak contoh di mana wanita benar-benar tidak berdaya ketika tidak bekerja dan sangat patuh, suaminya berubah sikap dan mengatakan pada sang istri 'toh kamu saya yang menghidupi', bahkan ketika suami melakukan hal-hal yang menyakiti perasaan istrinya, suaminya bilang, ini gaji siapa?. Lalu apa yang akan dilakukan sang istri?

Ada yang bertanya ,suami kok begitu? Ya memang begitu, yang lebih parah banyak, yang lebih baik juga banyak.

Media sosial juga memiliki peran sadis ketika pelakor terang-terangan menunjukkan kemesraannya dengan suami orang yang direbutnya dan merasa di atas angin karena merasa lebih muda dan lebih cantik dan lebih digilai suami orang. Lalu bagaimana perasaan sang istri melihat hal tersebut?.

Saya tidak tahu.Saya hanya merasa kalau kondisinya seperti itu dan sang istri tidak punya pegangan pekerjaan ataupun kepemilikan apapun, sementara harus menghidupi anak? Sesuatu yang benar- benar hancur.Hubungan kekerabatan jaman dulu dan sekarang sudah berbeda.Mau minta tolong siapa?

Setidaknya nasehat ibu saya benar, milikilah pegangan dan jangan terlena,itu adalah ban cadangan ketika suami menyia-nyiakan, setidaknya ada uang untuk memberi makan anak-anak, menyekolahkan. Nasehat yang sangat realistis.

Itu tidak bisa menggantikan rasa sakit yang ada, tetapi itulah ban serep yang akan tetap bisa menjalankan roda ekonomi dalam keluarga ketika si kepala keluarga terlena oleh wanita yang lebih muda dan menggoda dan lupa bahwa ada anak istri butuh makan dan sekolah,yang ditinggalkan tidak akan menjadi layang-layang putus yang teramat parah dan barangkali masih ada harapan layangan terjatuh utuh dan anak-anak yang mengejar menemukannya dengan senang karena tidak sobek-sobek.Sebuah perumpamaan.

Bagaimana dengan pola pengasuhan anak?Banyak cara pola pengasuhan anak dengan ibu bekerja. Kami  berdua bekerja dan ternyata juga bisa melakukannya dengan kedekatan dengan anak.

Para wanita, milikilah pegangan , terserah mau di rumah atau dimanapun, tanpa menelantarkan anak dan malahan menjadi berkembang. Hidup ini tentang ketidak pastian dan jangan terlena.

Demikian pendapat saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun