Banyak contoh di mana wanita benar-benar tidak berdaya ketika tidak bekerja dan sangat patuh, suaminya berubah sikap dan mengatakan pada sang istri 'toh kamu saya yang menghidupi', bahkan ketika suami melakukan hal-hal yang menyakiti perasaan istrinya, suaminya bilang, ini gaji siapa?. Lalu apa yang akan dilakukan sang istri?
Ada yang bertanya ,suami kok begitu? Ya memang begitu, yang lebih parah banyak, yang lebih baik juga banyak.
Media sosial juga memiliki peran sadis ketika pelakor terang-terangan menunjukkan kemesraannya dengan suami orang yang direbutnya dan merasa di atas angin karena merasa lebih muda dan lebih cantik dan lebih digilai suami orang. Lalu bagaimana perasaan sang istri melihat hal tersebut?.
Saya tidak tahu.Saya hanya merasa kalau kondisinya seperti itu dan sang istri tidak punya pegangan pekerjaan ataupun kepemilikan apapun, sementara harus menghidupi anak? Sesuatu yang benar- benar hancur.Hubungan kekerabatan jaman dulu dan sekarang sudah berbeda.Mau minta tolong siapa?
Setidaknya nasehat ibu saya benar, milikilah pegangan dan jangan terlena,itu adalah ban cadangan ketika suami menyia-nyiakan, setidaknya ada uang untuk memberi makan anak-anak, menyekolahkan. Nasehat yang sangat realistis.
Itu tidak bisa menggantikan rasa sakit yang ada, tetapi itulah ban serep yang akan tetap bisa menjalankan roda ekonomi dalam keluarga ketika si kepala keluarga terlena oleh wanita yang lebih muda dan menggoda dan lupa bahwa ada anak istri butuh makan dan sekolah,yang ditinggalkan tidak akan menjadi layang-layang putus yang teramat parah dan barangkali masih ada harapan layangan terjatuh utuh dan anak-anak yang mengejar menemukannya dengan senang karena tidak sobek-sobek.Sebuah perumpamaan.
Bagaimana dengan pola pengasuhan anak?Banyak cara pola pengasuhan anak dengan ibu bekerja. Kami  berdua bekerja dan ternyata juga bisa melakukannya dengan kedekatan dengan anak.
Para wanita, milikilah pegangan , terserah mau di rumah atau dimanapun, tanpa menelantarkan anak dan malahan menjadi berkembang. Hidup ini tentang ketidak pastian dan jangan terlena.
Demikian pendapat saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H