Sarmikun bertanya kenapa pada enggan datang.
'Ayahmu kalau berceritera diulang-ulang.Lupa kemarin sudah cerita.Sebenarnya aku kasihan sama bapakmu,mau bilang kalau ceritanya sudah pernah,tapi nggak tega.Tapi kami bosan.Sebenarnya dia sudah pikun.Tapi tidak mau mengakui'
Sarmikun marah dan membentak temannya yang mengatakan ayahnya pikun.
Sejak hari itu temannya tidak ada yang datang.
Ayahnya berteriak memanggilnya dan memarahinya kenapa seharian belum ada makanan apa-apa.
Sarmikun bingung.Teh dan kopi sudah tersedia,jajanan pasar satu nampan tasi sudah ada tadi.Benarkah ayahnya pikun?
Dia menangis tersedu-sedu sendirian.Uang gajinya tandas untuk membeli makanan ayahnya.Bahkan dia rela puasa.
Lalu teringat kata ibunya agar merawat ayahnya.Pokoknya rawatlah dengan baik.
Sarmikun sangat berbakti pada orang tuanya.Ayahnya kini.Merawatnya,mengajaknya olahraga ringan.Dia tahu dia bakal sama nanti kala tua.
Temannya banyak yang hanya mengirim uang pada orang tuanya,tapi tidak pernah menjenguk mereka.Namun Sarmikun akan menemani ayahnya,seperti ayahnya merawatnya kala kecil dulu dengan penuh cinta.
Sekian.