Diriku terpaku bagaikan patung menatap seraut wajah familiar di balik benteng itu,kegelapan tak menyembunyikan raut wajah dalam remang tanpa bintang ataupun rembulan
Kuberpacu mengejarmu dalam seluruh linangan airmata bahagiaku ,ingin ku rengkuh dirimu dalam kegelapan malam dan kegelapan hatiku,saat sinarmu membuatku tersilau olehmu
Sinar matamu menari-nari dan kuterhenti sejenak di titik enol ku,ketika seseorang itu merengkuhmu di hadapanku dan ku terjatuh dalam pusaran dan dirimu lambaikan tanganmu lalu angin menghempaskanmu bersamanya
Diriku mengejarmu untuk meraihmu,ku berlari  ,terjatuh dan terjatuh.Lalu terjatuh dari tempat tidur dan mimpiku dan terakhir kali dengan kata tanpa  lewat isyarat ucapan'aku memblokirmu'
Semua mimpi itu,kuraih handphoneku.Nomorku berdering.
Telah pergi...hari ini,mobilnya..
Dan aku terjatuh di titik enol.Tak mempercayai itu.Jadi benar,dirimu blokir diriku hingga mautmu?
Saat Karna tersenyum pada Drupadi ,diakhir hidupnya tanpa menyentuh tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H