Ini cerita sekitar tiga tahun lalu,entah yang namanya rejeki itu dikejar beneran kadang malah tidak mampir,yang santai-santai saja malah dihampiri.
Beberapa peristiwa ,ketika tidak begitu menginginkan malah datang, yang sangat ambisius untuk didatangkan malah menjauh.
Benarkah ini mengacu pada semacam jodoh juga?semakin diinginkan malah menjauh,yang santai malah didekati.
Seperti cerita anak-anak ketika melamar pekerjaan dan dengan santainya menjawab pertanyaan,ya kalau tidak diterima ya nggak apa-apa,masih banyak yang lain.Eh malah diterima.Giliran yang benar-benar diinginkan malah tidak didapatkan.
Seperti juga nasehat seorang teman pada teman lainnya yang menunggu kedatangan seorang buah hati yang  tidak kunjung tiba hingga menjadi resah dan terus menerus kepikiran dan seorang teman menasehati:Sudah jangan dipikirkan nanti malah terlalu jauh Benarkah?
Balik lagi ke cerita tentang televisi,yang datang pada kami,yang tidak suka nonton televisi.
Seperti juga namanya rejeki yang meski mungkin bagi beberapa orang sangat kecil dan sebenarnya tidak butuh-butuh amat karena serumah tidak suka menonton televisi dan masih ada televisi yang menganggur tak tersentuh.Tiba-tiba dapat doorprize saat ada acara ulang tahun kantor.Lumayanlah jenis  televisi flat yang lumayan lebar yang saat itu sedang baru-barunya model itu dan bertanya sendiri,untuk apa ya?.Bukankah sebuah keberuntungan jika mendapatkan rejeki nomplok seharga 2,5 jutaan?
Tetapi kadang juga bertanya,kok tiba-tiba dapat rejeki nomplok?Benarkah ini manfaat tak sengaja dari perbuatan sebelumnya .
Ketika banyak orang menggembar-gemborkan tentang memberi.Sejatinya memberi itu tak mengharapkan balasan,bahkan ketika memberi sesuatu yang bermanfaat yang sangat dibutuhkan oleh seseorang.Dan memberi orang yang tak dikenal ,rasanya lebih iklas karena lalu melupakannya .
Bukan bermaksut riya hanya bercerita yang tidak ada hubungannya.Seminggu sebelumnya ada tetangga lain kampung di daerah Pakualaman,waktu itu masih tinggal disana,ada rumah terbakar hingga ludes dan satu anaknya meninggal.Cerita itu bergulir dan meski tidak mengenal Kami berdua datang kesana ,membawa tas yang sudah tidak saya pakai,sedikit pakaian yang pantas pakai,sabun dan segala macam dan sedikit uang.Mereka juga tidak mengenali kami dan ketika kami bilang dimana rumah kami,ternyata anak yang meninggal punya teman dekat rumah kami dan mereka menangis teringat anaknya dan anak itu juga sering bermain dekat rumah kami.Tidak ada yang bisa menggambarkan kesedihan ketika seorang anak mengira ada gempa dan tetap berada di bawah dipan,sementara terlepas dari tangan orang tuanya dan amuk api sudah tidak bisa memungkinkan masuk lagi.
Lalu kami pergi,kami datang karena merasa prihatin,sudah begitu saja,selesai.
Eh,seminggu kemudian kami dapat televisi itu.Entah kebetulan atau keberuntungan.
Ketika bekerja tidak pernah menyulitkan yang lainnya,eh segala kemudahan itu datang pada anak-anak saya saat bekerja.
Saya rasa tidak perlu berpanjang lebar bahwa hukum tabur tuai itu ada kalau kita bahkan tidak mengharapkan balasannya.Berarti iklas.Iklas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H