Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kelas dan Sekolah Favorit

20 Juni 2019   23:07 Diperbarui: 20 Juni 2019   23:32 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apalagi yang diharapkan sebagai orang tua adalah memberi yang terbaik untuk anaknya dalam bentuk apapun ,itu adalah bentuk kecintaan orang tua pada anaknya.Jika orang tua mampu memberi yang sesuai ,kenapa harus membelikan atau memberi yang lebih rendah,dalam artian bukan memanjakan.

Bagi seseorang seusia saya ,pasti mengalami yang namanya keinginan agar anak-anak nantinya mendapatkan  masa depan yang terbaik.Termasuk pemilihan sekolah anak. Apapun nanti hasilnya itu adalah masalah nasib dan keberuntungan .Mungkin saja ada yang berfikir secara sangat demokratis,sekolah sama saja,pokoknya sekolah dapat ijasah dapat kerja,mungkin itu era generasi orang tua saya yang membiarkan anak-anak mengurus sendiri sekolah yang dia mau 

Beda dengan generasi saat saya jadi orang tua,baik  saat anak-anak mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.Yang tidak memiliki kemampuan tersingkir,bukan soal kemampuan uang,tetapi kemampuan siswa menyerap mata pelajaran.

Anak yang memang punya otak encer dan brilian,tanpa fasilitas yang memadaipun tetap cemerlang dan bisa meraih kesuksesan,beda lagi yang sebaliknya,mau dikasih les prifat pelajaran seminggu tujuh kali,setiap hari dua guru,ketika tidak mampu menyerap yang malah bisa stres.

Kasus dimana anak dipaksa masuk ke sekolah swasta yang murid-muridnya pandai,sementara murid tersebut dalam kategori  medium dalam  menyerap pelajaran,ya tetap tertinggal,bahkan les pun kadang tidak membantu.

Sekolah Negeri mengisyaratkan minimum nilai untuk masuk ke sebuah sekolah adalah untuk mengayak kemampuan yang setara dengan murid lainnya ,sehingga memudahkan guru mengajar dan memudahkan cara murid menyerap pelajaran.

Sekolah favorit memang memiliki kelebihan yang begitu diperebutkan antara lain adalah tolok ukur nilai kelulusan,tolok ukur lulusannya diterima di PT mana,tolok ukur lomba yang berhasil diraih,tolok ukur alumni yang berhasil,tolok ukur kelengkapan dan fasilitas sekolah,tolok ukur guru-guru yang berprestasi serta murid yang berprestasi.Murid yang pandai dan tekun dan belajar dalam suasana kondusif itulah yang membentuk sebuah sekolah dengan strata masing-masing.

Jelas akan berbeda dengan sekolah yang muridnya banyak melakukan tawuran atau perkelahian dengan sekolah lain.Atau suasana belajar yang kurang kondusif,fasilitas yang kurang lengkap,kemampuan siswa itu sendiri.

Kalau kemudian ada perubahan ke arah sistim zonasi adalah agar memudahkan transportasi dan yang lebih dekat,saya rasa harus diolah,tetap saja sistim zonasi misal radius lima kilometer,orang tua tetap akan mencari sekolah yang terbaik dalam  zonasi itu.Tetap saja ada sekolah yang kelebihan dan kekurangan murid.

Kalau bicara tentang kastanisasi,dimanapun ada yang memiliki kastanisasi dan tidak bisa dihindari.Para pekerja pun punya kastanisasi atau level-level yang bertingkat,strata hidup seseorang,yang hidup di perumahan mewah atau di kampung ruwet,punya kelas tersendiri.

Sistim zonasi selayaknya dipikirkan lagi:

-Kemampuan tiap siswa beda

-Kemauan tiap siswa beda

Dan kemauan orang tua jelas tidak ingin yang sedang-sedang saja.Bagi yang pernah menjadi orang tua,tidak dipungkiri sayapun termasuk orang tua pemburu sekolah favorit untuk anak saya.Saya lihat memang beda.Anak-anak sekolah favorit,tidak perlu diberitahupun,tidak akan melakukan konvoi dan coret-coretan seragam karena seragam itu bisa diberikan pada adik kelas yang baru masuk yang tidak mampu,begitu juga dengan buku.

Dan menurut anak saya lulusan PT tertentu pun sudah diincar karena bagus saat wawancara kerja dan yang sudah bekerja semacam jaminan mutu.

Sesungguhnya kastanisasi baik yang terang-terangan atau yang terselubung itu masih ada .

Orang tua punya pilihan masing-masing.Memang hasil nantinya itu juga sekali lagi tergantung nasib dan keberuntungan,tetapi jika dalam prosesnya sudah dibimbing ke arah yang lebih bagus ,ya kemungkinannya lebih mudah menembus belantara dunia kerja.

Sekolah tidak atau kurang favorit harus bisa mengejar ketertinggalan hingga bisa menyandang sekolah yang berprestasi agar lebih diminati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun