Kulihat semua sinar mata itu nyaris serupa, tanpa cahaya, tanpa binar di baliknya, dinginnya menusuk tentang sarkasme, kepahitan dan kegetiran
Tiada serupa dengan yang dirinya lekatkan, tembok pembatas menghalangi tujuan kebajikan menjadi kekejian, mata sedingin dan setajam belati yang menyiratkan depresi
Mata hitam legam, menyuarkan api kebencian dan menggerus rasa, serupa di sana, di antara yang sama, menyusup, menyelinap
Terhalang, lupa nurani, terhalang mata hitam legam menutupi putihnya, kegelapan menutupi terangnya hati, sebenarnya semua tersirat dalam gerak dan kata, ekspresi kegetiran hidupnya
Sebuah analogi, pohon meranggas kering, daun layu betebaran, hanya butuh satu korek api untuk menyala dan membakar habis semuanya, meranggasnya jiwa oleh kegetiran tentang dirinya, air butuh air untuk dahaga,kesejukan rumput hijau kalah oleh meranggasnya pohon-pohon jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H