Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pohon Jiwa yang Meranggas

16 Juni 2019   13:15 Diperbarui: 16 Juni 2019   13:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kulihat semua sinar mata itu nyaris serupa, tanpa cahaya, tanpa binar di baliknya, dinginnya menusuk tentang sarkasme, kepahitan dan kegetiran

Tiada serupa dengan yang dirinya lekatkan, tembok pembatas menghalangi tujuan kebajikan menjadi kekejian, mata sedingin dan setajam belati yang menyiratkan depresi

Mata hitam legam, menyuarkan api kebencian dan menggerus rasa, serupa di sana, di antara yang sama, menyusup, menyelinap

Terhalang, lupa nurani, terhalang mata hitam legam menutupi putihnya, kegelapan menutupi terangnya hati, sebenarnya semua tersirat dalam gerak dan kata, ekspresi kegetiran hidupnya

Sebuah analogi, pohon meranggas kering, daun layu betebaran, hanya butuh satu korek api untuk menyala dan membakar habis semuanya, meranggasnya jiwa oleh kegetiran tentang dirinya, air butuh air untuk dahaga,kesejukan rumput hijau kalah oleh meranggasnya pohon-pohon jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun