Tehnologi pintar atau kemajuan tehnologi berkembang.Sebagai contoh :
Ketika masuk di bagian Imigrasi di sebuah airport,jaman now.Pijak di tempat ada tanda sepatu di bawah kita,pandang retina scanner .Riit.Selesai data masuk,cocok dan lolos.Dicocokkan dengan pasport dan tiket mungkin juga visa.Tidak butuh fotocopi A sampai Z yang mungkin dulu diperlukan.
Alat Detektor canggih  untuk barang-barang .
Kebayang nggak sih repotnya dulu?sebelum ada alat-alat itu,yang sayangnya saya belum masuk bandara waktu itu.
Ketika masuk ke sebuah Flat di sebuah negara,mencari seorang kerabat.Retina Scanner bermain.
Para pegawai kantoran sudah memakai Finger Print untuk absensinya,jadi kemungkinan lebih efektif.
Gebrakan beberapa rumah sakit mulai mendata finger print atau sidik jari untuk peserta BPJS yang periksa ke rumah sakit itu.Yang artinya kemungkinan harus memfotocopi berkas bisa berkurang.Yang tujuannya mengurangi fotocopi dokumen yang selama ini dilakukan untuk proses administrasi.
Semua kantor sudah memasyarakatkan yang namanya Penghancur Dokumen.Kurang tahu seberapa besar.
Semua tehnologi itu sebagian besar  untuk memudahkan dan lebih praktis dan mengurangi penggunaan berkas kertas.
Karena kertas itu sifatnya fisik ,dan data fisik bisa saja dibaca oleh beberapa orang.Fotocopian KTP kita,fotocopian A sampai Z.Terus berkas yang menumpuk itu larinya kemana?Bentuk fisik yang ditemukan kemudian.
Sekedar pembuka yang tidak jelas mengarah kemana,yang jelas satu poin yang didapat,semakin sedikit data bisa diakses ,kemungkinan semakin aman.
Sebagai contoh suatu kali ada kerabat disuruh menemani mencari yang namanya produk rumah tangga Water Heater.Pergi ke toko,memilih merek dan jenis yang listrik solar atau gas.Karena berminat pada instalasinya tapi tidak cocok dengan produknya,lalu meninggalkan nomor telpun untuk pasang instalasi air panas kemudian.Beberapa hari kemudian banyak yang menchat menawarkan produk-produk.Jadi nomer itu disebar untuk kepentingan bisnis.Blokir saja.
Sebenarnya solusi agar tidak merasa terganggu itu mudah:
Pertama yaitu nomer telpun yang tidak dikenal dan orangnya  tidak memperkenalkan diri abaikan saja.
Kedua kalau bisa jangan meninggalkan jejak dengan mencantumkan nomer telepun kalau tidak benar-benar  penting.
Ketiga,blokir nomer-nomer yang  sudah tidak ada urusan bisnis lagi dengan kita,misalnya dulu pernah ada urusan tentang sewa tempat dan lain sebagainya.Untuk apa menyimpan nomer telpun dengan orang yang tidak punya urusan bisnis lagi.Toh kalau mau menchat dia  bisa dibuka lagi.
Jaman dulu orang itu kalau mau memberikan data pribadi seseorang termasuk nomer telpun,etikanya yang seharusnya dipegang adalah tanya dulu ke nomer orang yang memiliki.Jangan sampai salah ya,bermaksut baik memberi nomer telpun orang,hanya karena tahu saling mengenal,lalu disalahkan kok ngasih nomer.Lha kenapa?Datang cuma mau pinjam uang.
Waduh.
Sekedar sharing ya,keamanan data kita itu kita sendiri yang mengelolanya.Kalau perlu bilang sama teman,jangan kasih nomerku tanpa ijinku.Tahu-tahu dimasukkan ke grup para mantan kalian yang pada sakit hati khan repot langsung dibully..guyonan.
Sekian silahkan tambahi sendiri dalam hati.
Salam
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H