Sebuah cerita di Taman Sakura
Seorang pria sedang melukis di sebuah Taman bunga Sakura,tak menghiraukan lalu lalang para wisatawan
Dengan terbungkuk mengambil kanvas kosong dan mulai melukis dengan penuh cinta,mungkin bisa sehari dua hari ke tempat yang sama.
Mencari musim  saat bunga Sakura sedang mekar-mekarnya,mulai menggoreskan kuasnya di kanvas penuh cinta.
Mengekspresikan semua rasa dan totalitasnya,kuas mulai mengayun terbentuk dengan indahnya seindah suasana  hati sang pria.
Mengisi waktu luang sebagai sesuatu yang menyegarkan jiwanya.
Lukisan indah itu terbentuk,sangat mirip dengan aslinya.
Beberapa wisatawan sempat menengok dan mengaguminya dalam hati.
Lukisan mirip tiga dimensi itu selesailah sudah,pria itu memandangi lukisannya dan membiarkan  catnya mengering sesaat.
Lalu duduk di kursi lipat kecil yang dibawanya.
Aku mendekatinyaÂ
"Lukisan yang luar biasa,apakah anda seorang pelukis terkenal ?"
"Oh bukan,melukis adalah kesenanganku.Sudah lama aku tak melukis karena sibuk dengan semua bisnisku,jadi sekarang aku sudah bisa melakukan apa yang kuinginkan,sebuah kesenangan"katanya.
"Luar biasa,adakah lukisan yang lainnya?"
"Ada tapi tidak banyak.Hanya kulakukan untuk kesenangan semacam hobi begitu"
"Indah sekali,tidakkah bapak berfikir tentang sebuah pameran khusus hasil karya bapak ?"
"Belum terpikirkan nak.Aku bukan seorang maestro yang punya nama.Namaku tidak dikenal dan itu tidak berpengaruh apa-apa bagi sebuah pameran"
"Wah sayang sekali hasil lukisan seperti ini tidak ada yang melihat"
"Aku tidak punya target apa-apa nak.Aku hanya ingin melukis.Jikapun lukisan ini dihargai tidak bisa menutupi harga kanvas dan cat yang kubeli ataupun waktuku.Kamu akan mengerti saat tua nanti nak,butuh sesuatu yang dikerjakan dan menjadi minatmu bagi kedamaian jiwamu"
"Kalau bapak bukan seorang maestro,kenapa bisa menghasilkan lukisan seindah ini?luar biasa"
"Karena aku melukis dengan jiwaku yang lepas tanpa beban apa -apa dan tanpa tujuan apa-apa .Sekali lagi ,ini mengisi waktu luangku.Mungkin aku akan berfikir mengadakan pameran kalau banyak yang menyukainya dan memujinya,akan aku pikirkan.Sementara ini aku tidak mengejar semua itu"
"Wah,jadi lukisan ini tidak bisa dibeli kalau ada orang berminat?"
"Aku bukan pelukis bayaran yang mengejar uang nak,biarkan semua mengalir seperti air sungai hingga lukisanku lebih indah ke depannya"
"Wah,bapak  ini sebenarnya seorang maestro sejati yang merendah.Coba lihat lukisan ini..wah..indah sekali"
"Terima kasih nak.Akan kupajang di kamar bacaku menambah koleksiku"
"Baik bapak pergi dulu,selamat menikmati kesenangan bapak"
"Selamat berwisata.Biarkan semua mengalir seperti air sungai dan nikmati kesenangannya"
"Nasehat yang luar biasa bapak,terima kasih"
Ku pergi meninggalkannya
Just Like the River flows..kata beliau
Biarkan seperti air sungai mengalir jika itu sebuah kesenangan atau  akan kehilangan rasa'senang 'itu
Baiklah
Selayaknya menerapkan untuk sebuah kesenangan,nasehat yang amat bijak.
"Kalian baru akan mengerti jika sudah setua diriku"
Kata-kata itu terngiang lagi di telingaku.
Let the river flows ...lagu itu mengalun jauh disana.
Sekian
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H