Dua kata ini berasal dari bahasa Jawa.Ojo Dumeh jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah 'jangan mentang-mentang'.
Ojo dumeh adalah seperti sebuah nasehat pada seseorang supaya tidak terkesan sombong atau arogan atau mau menang sendiri dan tetap membumi atau merakyat.
Contohnya:Ojo dumeh sugih ngece marang wong melarat.
Jangan mentang-mentang kaya menghina pada yang miskin.
Ojo dumeh lagi kanggo njuk sak kepenake dhewe
Jangan mentang-mentang baru punya jabatan terus seenaknya sendiri(maksutnya dalam bersikap terhadap orang lain).Menakut-nakuti orang lain.
Ojo Dumeh ini sebenarnya mengingatkan orang agar tidak lupa diri supaya saatnya nanti tidak 'kaget'.
Seorang atasan yang punya sifat mentang-mentang ini dan kemudian sudah tidak terpakai lagi,kemungkinan besar nantinya begitu mau selesai masa kerjanya,anak buahnya bersorak-sorai saking senangnya.
Seorang yang kaya tapi kikir memberi tetangganya yang miskin dengan nasi yang mau basi.Ojo dumeh sugih.
Manusia memang kadang  lupa dan tempatnya lupa.Dan juga lupa bahwa semua ini hanya titipan.Lupa bahwa orang lain juga manusia yang punya perasaan dan hati dan kadang orang mengalah itu bukan karena kalah,tapi karena tidak ingin ikut-ikutan bicara yang salah.
Ojo Dumeh  mungkin bisa merambah ke semua sektor,menunjukkan superioritas terhadap inferioritas.Lupa bahwa manusia itu ada masa jatuhnya juga suatu ketika,seolah-olah tidak akan pernah terpeleset.
Jika saja setiap manusia mengikuti nasehat dua kata tadi'Ojo Dumeh' pasti  tidak akan seperti ini.
Tapi mungkin ini hanya bersifat platonis,sesuatu yang bersifat ideal dalam pemikiran saja.
Jika mengajarkan anak-anak atau orang lain,atau mengajari orang lain  tentang sifat-sifat baik  itu,mengapa malah orang -orang melakukan hal yang berkebalikan dengan yang dia berikan pada anak atau orang lain?
Berarti tidak konsisten ucapan dan perbuatan?
Apakah bisa menjadi contoh?
Yah..
Tanya saja pada gelombang laut.
Tidak pernah ada jawaban.
Berhati-hati dengan ucapan,perkataan dan sikap.Itu nasehat paling manjur sepanjang jaman.
Nasehat yang selalu diberikan .
Terserah bagi penerima nasehat mau menerima atau tidak.
Ada orang yang tidak percaya tentang sebuah balasan.Sah-sah saja.
Tapi sejatinya hukum 'Siapa Menabur dia akan menuai'.
Sejatinya ada.Entah kapan.
Nb :Maaf sok bijak.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H