Apaan!
Dan si anak yang dihajar tadi badannya kecil kerempeng.Hanya diam memunguti buku-bukunya.Yang lain langsung kabur dengan sepeda masing-masing.
Tidak banyak cakap,anak itu saya suruh pulang dan saya suruh untuk berani.Berani,ya berani,juga berani bilang pada orang tuanya.Karena apa?karena kadangkala pas anak pulang sekolah,pas kedua orang tua bekerja,tidak tahu bahwa anak tersebut baru saja digebukin pake tas oleh teman-temannya.Tas berat berisi tumpukan buku-buku.
Yang kedua pas lewat sebuah Sekolah Dasar seorang anak perempuan menangis dan  beberapa temannya ternyata mengolok-olok dia dan bilang"cengeng-cengeng" sambil tertawa-tawa.Saya tidak bertanya pada anak itu.
Yang ketiga ,peristiwa traumatis ketika saya kelas enam SD kalau tidak keliru,seorang teman lelaki ditemukan menggantung diri di pohon dekat sebuah jembatan,dan saya lalu teringat anak itu memang menjadi sasaran olok-olokan teman yang lain karena kebetulan berkali-kali tidak naik kelas dan sering diejek sebagai 'wong edan' dan semua teman pria menjauhi serta tidak mau berteman dengannya.
Saya rasa perundungan itu bisa menimpa siapa saja,karena perundungan itu bisa berupa perkataan verbal bukan hanya secara fisik menurut saya dan sifatnya adalah untuk menunjukkan bahwa yang satu lebih superior dan yang satunya inferior.
Disitulah dibutuhkan tameng,untuk ukuran anak kecil yang masih labil memang lebih rentan tapi yang sudah dewasa pun bisa juga sama rentannya.
Kasus Chester Bennington misalnya,orang tidak pernah melihat bahwa sebenarnya ada sesuatu yang belum selesai dengan masa lalunya yaitu 'rasa sakit',merasa direndahkan dan lain sebagainya dan biasanya berakhir dengan muncul pada pikiran bawah sadar yang terus menerus bicara di otaknya dan berakhir dengan depresi.
Orang-orang yang pernah mengalami perundungan akut di masa lalunya,sebenarnya harus diselesaikan,atau semacam diterapi.
Baiklah ,saya bukan ahli psikologi tapi saya hanya mau bilang,sakit psikis itu tidak terlihat dan itu lebih sulit diketahui kalau tidak diungkapkan.
Dan coba,apa yang akan terjadi dengan anak-anak kurban bullying?