Mohon tunggu...
Fadlan Hidayat
Fadlan Hidayat Mohon Tunggu... -

belajar menuangkan pikiran;

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalan Harmoni Alam Semesta & Manusia

15 November 2010   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:36 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya dalam rentang waktu kurang lebih sebulan, negeri kita dipersuakan dengan bencana. Satu demi satunya. Air bah, banjir, gempa bumi, tsunami hingga gunung meletus. Di wasior, ratusan tempat tinggal warga disapu oleh air bah dari gunung. Pada mentawai, tsunami menggulung pemukiman penduduk. Sementara paling tidak sampai saat ini penduduk di sekitar gunung merapi harus menemoati tempat-2 pengungsian.

Sampai detik ini letusan merapi membuat warga harus menjaga jarak dengannya sepanjang 15 kilometer. Tidak ada yang berani menantang merapi ketika merapi dalam masa megamuknya. Semua tahu menantangnya hanya tindakan bodoh membuang nyawa. Bagaimana tidak saat itu suhu yang diarak oleh wedus gembel mencapai 6000 c, sekaligus partikel debu vulkanik yang runcing.

Bagitulah, tidak ada yang mampu menahan bencana alam. Alam semesta, apapun itu: laut, gunung, angkasa tidak mampu merawat dirinya sendiri. Keteraturan alam selama ini tidaklah hadir dengan sendirinya. Melainkan oleh sesuatu dari luar diri mereka. Begitu juga keterbatasan alam semesta yang terwujud dalam bentuk bencana misalnya, terjadi bukan semata dialektika tubuh mereka tetapi juga ada yang membatasinya. Realitas itulah yang juga menunjukkan kelemahan alam semesta.

Pencipta alam semestalah yang membuat alam semesta menjadi teratur sekaligus membatasinya. Sebenarnyapun pencipta alam semesta adalah juga pencipta manusia. Agar tercipta keharmonisan antara keduanya, Allah swt pun memberi peraturan pada keduanya, baik alam semesta juga manusia. Sehingga alam dan manusia dapat seiring sebangun.

Demi hubungan irulah, maka urgent bahkan wajib untuk berkomitmen pada syari;at Allah swt. Sayyid Quthb dalam Petunjuk Jalan pada bab hukum kosmos mengemukakan manusia tidak akan mampu menetapkan bagi kehidupan mereka, undang-undang yang bisa mendorong terjadinya keseimbangan mutlak antara kehidupan manusia dan pergerakan kosmos.

Beliau lebih lanjut mengemukakan tiga poin, perihal komitmen manusia pada syari’at Allah. Pertama, pentingya merealisasikan keharmonisan antara kehidupan manusia di satu sisi dan pergerakan konsmos yang menjadi tempat hidup manusia –di sisi lain. Kedua, pentingnya realisasi keserasian antara hukum yang mengatur fitrah tersembunyi manusia dan hukum yang mengatur kehidupan mereka yang kasat mata. Ketiga, pentingnya keharmonisan antara kepribadian manusia yang tersembunyi dan kepribadian yang tampak.

Komitmen pada syari’at Allah, masalah itulah yang melanda negeri kita sekarang. Negeri ini terlampau abai menerapkan aturan main Allah swt --Pemilik dan Pengatur Bumi ini-- secara kaffah. Menilik ar rum ayat 41, bahwa fasad yang tampak itu oleh para mufassir dimaknai sebagai bencana alam, kemiskinan, kesulitan ekonomi, dsb. Sementara fasad itu tiada lain disebabkan oleh ulang tangan manusia yang dimaknai dengan dosa-dosa, maksiat manusia. Sementara kemaksiatan terbesar tidak lain adalah tidak menerapkan aturan main Pemilik dan Pengatur bumi, yakni Allah swt secara menyeluruh. Sehingga begitu kentara akibat manusia sendirilah keharmonisan dengan alam semesta menjadi retak. Wajib sesegeranya untuk mengembalikan keharmonisan dengan tempat kita hidup. Tentu saja melalui penitian aturan main Pemilik dan Pengatur semesta jagad raya, Allah swt. Mengikutinya pun tidak sebatas parsial, melainkan komprehensif.

Sekarang kita hidup secara bersama-sama, bermasyarakat dan bernegara. Negaralah pihak yang akan mendorong manusia di dalamnya untuk menciptakan keharmonisan dengan alam semesta. Masalahnya, bisakah kemudian negara yang mengakomodir pengkhianatan pada alam demi memenuhi kuasa modal segelintir manusia, merealisasikan keharmonisan itu? Mampukah negara yang hidup dari resep-resep kuasa modal melindungi alam negerinya dan menjaga keharmonisan manusia dengan tempat tinggalnya?

Bagaimanapun di tengah-tengah kita mesti ada kekuasaan yang mewujudkan pelaksanaan aturan main Allah secara komunal sebagai suatu sistem. Demi terciptanya harmonisasmanusia dan jagad raya. Negara itu mendorong manusianya untuk menjalani keserasian mereka dengan alam semesta melalui pelaksanaan aturan main yang satu. Tidak lain yang hanya berasal dari Pencipta, Pemilik dan Pengatur kehidupan ini yaitu Allah swt. Negara itu dia yang mengikuti metode kenabian, Khilafah Rasyidah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun