“Ayam Kungpao memadukan kerenyahan ayam dengan tambahan bumbu manis pedas. Apalagi, ada tambahan irisan cabai merah kering dan kacang mete,” katanya.
Menurut Rochim, sejak diluncurkan bersamaan pembukaan Waroenk Seafood and Oriental pada awal 2019 lalu, animo pelanggan terhadap menu yang dibanderol Rp 35.000 tersebut cukup impresif.
Adapun perbedaan cita rasa antara Ayam Goreng Kungpao dan menu ayam oriental sejenis seperti Ayam Goreng Koloke yang mirip tetapi tak sama, yang juga ditawarkan pihaknya terletak pada baluran sausnya.
“Ayam Goreng Kungpao tingkat pedasnya lebih ‘strong’ dibandingkan Ayam Goreng Koloke karena cabainya banyak,” ujar Rochim.
Sementara perbedaan lainnya, sebutnya, terutama terletak pada teksturnya.
“Ayam Goreng Kungpao memiliki saus yang lembut dan lebih seimbang. Kalau Ayam Goreng Koloke dibalur dengan saus asam manis yang kental dengan cabai kering yang lebih sedikit sehingga pedasnya agak ‘soft’,” papar Rochim.
Pria yang juga merangkap konsultan kuliner ini menambahkan, Ayam Kungpao sendiri punya cita rasa komplit.
“Jadi istilahnya, punya ‘perayaan rasa’ dari manis, asin, asam, dan pedas,” katanya.
Rochim memaparkan, selain sebagai menu khas Szechuan Tiongkok, nama makanan ini berasal dari nama gelar pejabat Dinasti Qing, Ding Baozhen pada 1820-1886.
“Ding sendiri adalah kepala provinsi Shandong, kemudian menjadi gubernur provinsi Szechuan. Gelarnya sebagai Gong Boo atau penjaga istana adalah asal mula nama ‘Kungpao’. Begitu runut sejarah menu ini seperti yang saya tahu dari literatur kuliner Tiongkok,” tutupnya.