Selain kecakapan Garland membingkai film berplot ‘perang saudara kedua’ di AS ini dengan kecermatan luar biasa, ia juga mampu mengaduk emosi penikmat film-film bernuansa perang dalam netralitas jurnalis.
Jurnalis, sebagaimana layaknya hanya sebagai perekam kejadian dan momen yang ada tanpa keberpihakan, khususnya kepada faksi-faksi yang bertikai. Banyak narasi yang menggambarkan hal itu seperti ketika mereka terjebak dalam area tembak-menembak antara para sniper atau petembak runduk tanpa tahu siapa yang menembak dari dalam rumah yang dibidik para sniper.
Tidak ada lagi protagonis dan antagonis, tidak ada lagi si benar dan si salah. Mereka saling bunuh tanpa tahu siapa faksi yang menjadi sasaran tembaknya. Yang pasti, mereka harus membunuh atau dibunuh.
Sayangnya, seperti karakter Garland sebelumnya dalam film-film laris yang dihasilkannya, lagi-lagi lebih banyak menggunakan visual sebagai narasi penjelasan.
Bagi penikmat film secara umum, memang dibutuhkan upaya pengamatan yang lebih dalam dan intensif terhadap inti cerita dari visualisasi yang digambarkan secara apik.
Sehingga, opini penonton sendirilah yang menjadi penjelasan dari cerita yang menggantung. Garland merasa tidak memerlukan narasi yang mubazir, seperti bagaimana ihwal perang saudara itu terjadi dan lebih memilih mengakhiri film dengan open ending.
Sebagaimana karakter Garland pula, keberanian yang ditunjukkannya patut diapresiasi. Kerentanan perihal isu terkini di AS, khususnya jelang Pemilu digambarkannya sebagai antitesis terhadap rawannya perseteruan yang terjadi antarfaksi.
Konsekuensinya, jika hal tersebut terjadi maka AS bakal serupa yang digambarkannya dalam film Civil War yang disutradarainya.
Seperti diketahui, pada 7 Maret 2023 senator Partai Republik Texas Bryan Slaton mencuitkan hal mengejutkan di akun X (dulu Twitter) pribadinya. Ia secara resmi telah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) referendum negara bagian Texas dari AS.
Dalam tulisannya, Slaton mengungkapkan bila pengajuan itu disetujui maka pelaksanaan referendum untuk lepas dari AS dapat dilakukan pada pemilu selanjutnya.
Menurutnya, seluruh proses itu dinamakan Texit atau Texas Exit. Artinya, sesuai namanya gerakan tersebut memperjuangkan Texas untuk lepas dari AS atau dapat dikatakan ‘mandiri’ sebagai negara otonom dan berdaulat.