Dalam kuliner penggunaan bahan daging bebek mungkin tidak semasif ayam. Kendati demikian, bebek selalu memiliki basis penikmat tersendiri, bahkan tergolong eksklusif. Sebut saja seperti menu bebek peking dan sejenisnya yang masuk dalam kategori Chinese food.
Apalagi dalam kategori menu Nusantara, menu berbahan unggas ini di Indonesia sangat populer diracik dalam berbagai versi seperti opor bebek, bebek masak kluwek, bebek panggang, bebek ungkep lengkuas, bebek hitam madura, bebek betutu, bebek lodho, bebek pedas manis, dan bebek rica-rica.
Jika membahas bebek rica-rica, tentu tidak dapat dipisahkan dari salah satu jenis masakan khas Manado yang berakar dari etnis Minahasa di Sulawesi Utara.
"Bebek rica-rica yang kami tawarkan di Waroenk Seafood diberi nama 'Bebek Sambal Idaman'," demikian ungkap Head Chef Waroenk Group Ahmad Niko ketika ditemui di Waroenk Seafood, Jalan Veteran 18, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa 13 September 2022.
Menurut Niko, dari beberapa menu nonseafood pihaknya, Bebek Sambal Rica termasuk makanan populer yang disukai pelanggan.
Ia menjelaskan, menurut pengalamannya selama menjalani 'dunia gastronomi' maka dapat dipastikan menu rica-rica yang kerap disebut "rica" saja, apapun jenis bahan dan peracikannya hampir pasti ada dalam setiap suguhan makanan nasional, baik di resto maupun di warung kaki lima.
Hal itu, sebut Niko, tidak dapat dipisahkan dari sensasi rasa pedas yang menggigit dari bumbu rica-rica yang menjadi magnet dari makanan populer Manado ini.
"Makanya, kami tidak ketinggalan menyediakan rica-rica dalam menu yang kami tawarkan, khususnya pada olahan bebek," imbuhnya.
Niko menambahkan, pedasnya cabai yang terdapat dalam racikan rica-rica memang lebih strong dibandingkan menu pedas lainnya. Pasalnya, cabai yang digunakan memang dalam jumah banyak.
"Dalam menu-menu tradisional (Nusantara), memang tidak dapat dipisahkan dari penggunaan cabai. Istilahnya, orang Indonesia tidak bisa makan tanpa cabai atau lombok ini," paparnya.
Secara mendetail, Niko mengatakan kendati sama-sama senang mengonsumsi sambal cabai, akan tetapi orang Manado memang lebih adaptif terhadap pedas.
"Artinya, mereka menggunakan cabai dengan kuantitas yang lebih banyak ketimbang makanan pedas dari menu domestik orang Indonesia lainnya," bahasnya.
Niko membeberkan, selain cabai rawit sebagai bahan inti dari rica-rica tersebut, bahan lain yang digunakan adalah bawang putih, bawang merah, gula, jahe, dan garam.
"Nah, selanjutnya kesemua bahan itu dimasak menggunakan minyak kelapa lalu dicampur serai, daun jeruk, serta air jeruk nipis," sebutnya..
Ketika ditanyakan daging apa yang paling cocok digunakan untuk menu rica-rica, Niko menjawab apa saja enak termasuk bebek yang digunakan pihaknya dalam menu Bebek Sambal Idaman.
"Selain unggas seperti ayam dan bebek ini, masak rica-rica bisa menggunakan hampir semua jenis daging ikan air tawar, seafood seperti ikan laut, kerang, udang, cumi-cumi, dan masih banyak lainnya," terangnya.
Sementara itu, ditemui di lokasi dan kesempatan yang sama, Supervisor Waroenk Seafood Wanda Bunga menambahkan jika di Manado, bahkan ada menu 'paniki'.
"Menu rica-rica ini terbuat dari kelelawar," katanya.
Selain alasan digemarinya makanan ini lantaran tak lepas dari sensasi pedasnya yang kuat seperti yang diungkapkan Head Chef Waronk Group Ahmad Niko tadi, Wanda mengatakan sejatinya menu rica-rica mudah diadaptasi dalam resep apapun.
"Jadi tidak sulit memasak 'ala-ala', karena ya itu tadi fokusnya terhadap level kepedasannya yang tinggi dibandingkan menu-menu nasional yang notabene sudah cukup pedas sebenarnya," imbuhnya.
Sekadar informasi, kata "rica" berasal dari bahasa Manado yang secara harfiah berarti pedas. Rica juga dapat diartikan sebagai kata objek yang merujuk pada cabai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H