"Lenggang-lenggang kangkung, kangkung di pinggir kali, Abang pulang merantau dapat uang satu keranjang".
Bagi Anda yang lahir di era 1970-1980-an, tentu lagu ini akrab di telinga. Dengan dendang yang terdengar ceria, lagu "Lenggang Kangkung" ini memang sangat merakyat pada masanya.
Lagu tradisional "Lenggang Kangkung" ini sendiri merupakan lagu rakyat bernada riang. Banyak versi sebenarnya, dalam arti diklaim beberapa negara dalam entitas Melayu seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Jika saksama, simaklah syairnya yang 'menyinggung' kangkung. Kangkung yang boleh dikata masuk dalam bahan makanan jenis sayur untuk rakyat jelata dari kalangan kelas menengah bawah.
Sesungguhnya hal ini tidak absurd. Sebab, selama ini kangkung memang tergolong bahan makanan yang murah dan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional.
Kangkung sendiri, bagaimanapun cara masyarakat meraciknya kala itu selalu terkesan 'ndeso', makanan kampung.
Namun, apakah saat ini memang demikian adanya? Adapun kata kangkung yang disebut menunjukkan betapa sayuran ini sudah demikian merakyat, sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dari rakyat jelata, khususnya di negara-negara Asia Tenggara.
Perlu diketahui, kangkung atau dalam bahasa ilmiahnya, Ipomoea aquatica Forsk merupakan tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran. Tumbuhan ini lazim ditanam sebagai makanan.
Seperti yang dimafhumi, kangkung banyak dijual di pasar-pasar tradisional akan tetapi seiring perkembangan zaman saat ini sudah jamak dijual di pasar modern atau swalayan.