Seingatnya, nyaris tidak ada persoalan serius dalam keluarganya. Tetapi bagi ibunya, sebuah persoalan sepele apapun yang menyangkut seorang Fa Mulan akan mendatangkan kiamat. Terlambat bangunlah. Cucian yang hilang di sungailah. Terlalu dekat dengan teman laki-lakilah. Sampai cara ia tertawa, berbicara, dan berjalan pun selalu mendatangkan kritik serta masalah!
Masih terngiang pula, sarat beban yang mesti dipikulnya sebagai seorang gadis yang beranjak akil-balig empat tahun silam sebelum ia menyusup dan menyamar sebagai laki-laki ke dalam kamp militer Yuan. Menikah di usia belia merupakan pilihan dan jalan satu-satunya dalam hidupnya sebagai seorang perempuan. Sebuah beban psikis yang tidak pernah dapat diterimanya dengan legawa.
Ia dibentuk untuk menjadi perempuan yang sesungguhnya. Ia ditempa untuk menjadi ‘orang lain’, yang manut pada aturan baku dan leluri. Namun jujur ia tidak bisa. Ia memberontak. Dan sengaja menggagalkan acara penjodohan dengan laki-laki pilihan ibunya, seorang pemuda dari puak terpandang atas perantara seorang makcomblang bernama Liem Sui Lang.
Lalu ketika semuanya lantak berderai, pembantahannya yang tanpa apologi tersebut ditimpali dengan seribu serapah. Ia dipukul dan diusir oleh ibunya dari rumah. Pembelaan untuknya justru selalu datangnya dari Fa Zhou, ayahnya yang lembut dan baik hati.
“Anak tidak tahu diri!”
“Sudahlah. Jangan menghukum Mulan sedemikian beratnya. Pernikahan tanpa didasari cinta bukanlah tindakan bijak. Mulan berhak menentukan pilihannya sendiri. Kalau dia belum siap menikah, sebagai orangtua, kita tidak boleh memaksakan kehendak. Biarlah jodoh Mulan diatur oleh Dewata. Bukannya kita!”
“Tahu apa kamu tentang Mulan, Fa Zhou!”
Ya, pada dasarnya ia tidak bisa berpura-pura menjadi orang lain. Ia tidak bisa menjadi perempuan kemayu yang ditingkahi feminitas palsu. Ia tidak bisa bersandiwara. Ia ingin menjadi dirinya sendiri. Ia ingin menjadi seorang Fa Mulan yang ceria dan dinamis, tidak diikat oleh sebuah pranata gender. Ia adalah seorang Fa Mulan yang enerjik, bukan gadis pendiam serupa arca yang hanya tahu mengurusi tetek bengek rumah tangga, melahirkan dan mengasuh anak, serta menjadi budak bagi sang Suami di atas peraduan.
Menurutnya, seorang gadis tidak mesti melulu berurusan dengan rumah tangga dan dapur. Banyak hal yang dapat dilakukan seorang gadis. Pasungan pranata telah melukai demikian banyak hati perempuan. Mereka mati perlahan-lahan dalam kurungan emas sangkar madu. Semestinya, seorang gadis tidak boleh dijajah lagi oleh adat istiadat yang meleluri. Seorang gadis harus memberontak. Seorang gadis harus merombak kultur gender yang sudah mendarah daging di Tionggoan.
Itulah sebabnya ia selalu diam-diam mempelajari ilmu silat keluarga Fa, satu hal yang amat tabu bagi kaum perempuan, Pedang Naga Fa dari kitab kuno karangan leluhur Keluarga Fa. Sebuah mustika terpenting yang disimpan ayahnya di salah satu tumpukan buku sejarah Keluarga Fa.
Dulu, ketika ayahnya berlatih wushu, ia selalu mengintip dari balik tembok ruangan khusus tempat latihan. Selang berikutnya, ia menghapal kemudian memperagakan ilmu silat yang dilihatnya diam-diam tadi di dalam kamarnya. Dikembangkannya beberapa jurus yang dianggap lebih dinamis. Setelah itu memperdalam lantas memperkaya salah satu jurus keluarga Fa, Telapak Fa yang dahsyat. Bahkan, juga menciptakan sendiri jurus-jurus baru. Di antaranya adalah Tinju Bunga Matahari yang gemulai tetapi bertenaga, dan Tinju Hong Terbang yang gesit dinamik.