Aku namakan kau lara
dari gigir Sungai Ciliwung
ia tak lagi indah, sebab ada riuh tiap langit menangis
Jangan paksa ia pergi
ia baru separo langkah di persimpangan jalan
sosok gergasi yang kau usir itu adalah kekasihku
ia yang tegas dulu pernah berpasir di sana
: maaf, ia telah senyap ditelan rimba para pendosa
Tanah kini jadi samudra
hanya dapat dititi dedewi,
bukan kau, bukan mereka
yang mengusirnya dari sana
Apa kabarmu, Kekasihku yang tangguh
sudikah kau kembali
yang bukan sekadar menggantang kata
seperti tuan pongah yang ambigu ini!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!