Mohon tunggu...
Muhammad Arifin Effendi
Muhammad Arifin Effendi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Allah atau Neraka Tuhannya Manusia itu?

17 Juni 2016   15:54 Diperbarui: 17 Juni 2016   16:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ustat sedang berceramah sebelum terawih, saya dan teman saya tiba - tiba terlibat diskusi menarik mengenai Allah sebagai Tuhan dan Neraka sebagai salah satu objek metafisik yang Allah ciptakan. Diskusi tersebut berlandaskan proposisi yang saya ajukan, yaitu; orang beribadah bukan karena Allah tapi karena takut disisiksa di nerakanya Allah.

Adalah sebuah pengetahuan umum, mayoritas anak - anak mendapat doktrin bahwa Allah akan mengazab seseorang di neraka jika ia tidak melaksanakan kewajiban yang Allah perintahkan dan juga tidak meninggalkan apa - apa yang telah Ia larang. Dari doktrin tersebut, saya rasa banyak anak kecil yang melakukan kewajiban beribadah semata - mata karena mereka takut disiksa di neraka jika tidak melakukannya.

Pertanyaannya adalah, apakah hanya anak kecil yang beribadah karena takut akan siksa neraka jika tidak melaksanakan kewajiban ibadah yang Allah perintahkan? Saya rasa tidak. Saya yakin banyak remaja yang telah akil balig dan juga manusia dewasa lainnya yang meyakini hal yang sama, yakni melaksanakan kewajiban dari Allah semata - mata takut karena nerakaNya.

Dari dua pernyataan diatas, muncullah pertanyaan di benak saya dan teman, “Siapakah Tuhan sebenarnya, Allah ataukah Neraka?”. Apakah seseorang beribadah karena “Takut Allah”, ataukah ia beribadah karena takut neraka?. Hal yang harus diperhatikan, Tuhan disini hanyalah artian tersirat, tidak membahas zat yang menciptakan. Tuhan disini lebih kepada pengertian apa yang diyakini manusia saat ia melaksanakan kewajiban. Seperti halnya manusia yang yakin bahwa uang adalah sumber kebahagian, ia dapat dikategorikan menuhankan uang meskipun ia tak mengakuinya secara pribadi, seperti inilah Tuhan yang saya maksud.

Jikalau memang banyak manusia yang melaksanakan kewajiban ibadah dan menjauhi apa - apa yang Islam larang karena ia takut disiksa di neraka, tentu hal ini sangatlah menyedihkan.  Ibaratnya seorang siswa, dalam melaksanakan kewajiban ada dua hal yang mungkin menjadi keyakinannya. Pertama ia belajar hanya agar lulus, yang kedua tentu saja ia belajar agar dapat memahami dan mencintai ilmu yang ia pelajari.

Keyakinan kedua,belajar karena ingin memahami dan mencintai ilmu, sama dengan saat manusia melaksanakan kewajiban maupun menjauhi larangan Islam dengan keyakinan Allah adalah Tuhan. Sedangkan keyakinan pertama, belajar hanya agar lulus, sangat identik dengan  melaksanakan kewajiban maupun menjauhi larangan Islam dengan keyakinan secara tak langsung bahwa neraka adalah “Tuhan”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun