Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yang peduli lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

“Maaf Pak Polisi, Saya Buta Warna: Di Mata Saya Lampunya Bernyala Hijau”

6 Juli 2011   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:53 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbiasa berkendara di area pedesaan ternyata bisa membawa efek buruk. Contohnya saja pada kejadian yang satu ini. Kejadian ini terjadi beberapa bulan yang lalu, saat saya mengantar salah seorang teman menuju terminal Caheum, Bandung karena ia hendak pulang ke kampung halaman. Menyusuri jalan yang padat merayap kala itu, ketika berangkat menuju terminal saya berboncengan santai dengan teman saya. Kira-kira jam 5 sore kami sampai terminal dan kontan langsung saya tinggalkan teman saya itu di terminal untuk menuju bus. Saya memutuskan untuk langsung pulang menuju tempat kos. Saya bukanlah tipe orang yang suka jalan-jalan. Selain belum punya kendaraan sendiri, saya lebih suka berdiam diri di kamar bermain game, menonton film, atau membaca buku serta menulis. Namun, kondisi sore itu memaksa saya untuk berbaik hati mengantar teman saya yang tengah dilanda kerinduan kepada orang tuanya.

Malang, sungguh tak dapat saya tolak hari itu. Menyadari sepenuh hati bahwa saya mempunyai kelainan di mata saya, yakni buta warna saya sangat berhati-hati dalam berkendara. Apalagi saya baru beberapa bulan di Bandung dan jalan masih terlihat sedikit asing. Pengalaman berkendara di kota besar yang minim karena memang saya terlahir dan besar di kampung pedesaan menjadi alasan lain. Sebagai penderita colour blind , hal yang paling saya takuti saat berkendara adalah ketika berpapasan dengan lampu lalu lintas. Warna merah-kuning-hijau yang ditwarkan oleh traffic light sering terlihat berbeda di mata saya. Biasanya saya selalu mencari aman saat mengetahui akan berpapasan dengan lampu lalu lintas. Ya, mencari aman dengan tidak berkendara mendahului pengendara lain. Akan selalu saya pastikan bahwa ada kendaraan lain di depan saya. Entah itu satu pengendara atau lebih. Bila memang nyala lampu hijau atau kuning tentu pengendara di depan saya akan terus melaju dan bila nyala merah tentu mereka akan berhenti. “Nice idea!” saya kira itu cara terampuh bagi manusia spesial seperti saya.

Namun, sore itu sangat menjengkelkan. Selain buta warna, saya juga buta medan. Saya tak mengetahui lokasi rambu-rambu berada. Saat itu saya melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi dan secara mengejutkan seorang polisi menghentikan saya di perjalanan. “Waduh mas, gimana ini? Udah merah lampunya, kenapa masih terus jalan?”, sapa polisi sambil menunjuk ke arah lampu lalu lintas. “Merah?” saya melongo sesaat, 5 detik mungkin. Lalu saya lihat ke arah jari telunjuk beliau dan merunut 180 derajat dan bless. “Waduh, mati aku!” ternyata itu warna hijau. Saya terlihat amat bingung dan polisi mungkin begitu menikmati momen tersebut. Saya baru sadar kalau tadi tidak ada kendaraan yang berjarak dekat di depan saya. Benar-benar sial. “Ya udah mari ikut saya ke pos!”, beliau menggiring saya sambil menunjuk pos kecil dekat beliau memberhentikanku.Sambil sedikit berintograsi, akhirnya saya mutlak kalah dan harus membayar lima puluh ribu rupiah.“Maaf Pak , saya ini buta warna. Tadi saya melihat lampunya bernyala hijau”. “Peraturan tetap peraturan mas, lain kali hati-hati ya!”.

Sejak saat itu, saya membuat peraturan sederhana, tips mengenal rambu-rambu lebih dalam bagi penderita buta warna. Sejauh ini hanya ada tiga warna yang ditawarkan bagi pengendara dan tiga warna tersebut tersusun bertingkat-tingkat. Merah selalu di posisi atas, kuning di tengah, dan hijau di bawah. Artinya, bila lampu paling atas yang menyala, itu berarti warna merah, dan Anda harus berhenti. Bila yang menyala tengah dan bawah, tidak lain adalah kuning dan hijau. Artinyasafe untuk terus jalan. Tips yang menarik bukan? Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun