Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Anakku Bukan Penjahat!

11 Desember 2012   07:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:51 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1355211558594479386

"Luasnya alam ini diciptakan Hyang Kuasa dengan banyak bagian keindahan. Tidak hanya bulan, matahari dan bintang. Tapi juga semua yang ada di muka bumi ini banyak yang melebihi keindahannya, salah satunya adalah wanita. Maka dari itu tajamkanlah pandanganmu jangan sampai semakin terseret pada godaan keindahan yang ada di muka bumi ini karena sejatinya hanyalah semu belaka. Sudah menjadi kehendak bahwa hidup selalu berbayang godaan namun godaan seberat apapun akan sirna dengan jernihnya hati dan pikiran. Lain halnya mereka yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, pikiran selalu gaduh, hatinya selalu kisruh bila melihat apa saja yang dianggap indah dan cantik. Jangan karena keindahan semu tadi kamu melakukan hal bodoh, mempermalukan diri sendiri dengan merusak pagar ayu, merusak jernihnya setempayan air hanya dengan nila setitik." (Ki Narto Sabdo)

Ucapan anakku, Suteja, kepada Samba, adikknya, selalu terngiang dalam kepalaku. Sampai sekarang kata-kata itu masih terus terdengar di telingaku bagaikan nyanyian yang dibawa angin. Tidak ada kemarahan dalam setiap intonasi ucapannya bahkan itu adalah kata-kata nasehat untuk Samba agar tidak mengulangi lagi perbuatannya. Saat itu dengan mata kepalanya sendiri, Suteja telah memergoki Samba dan istrinya sedang bermesraan di kamar. Mereka tengah mengumbar hawa nafsu hingga tidak menyadari kalau Suteja telah berdiri lama menyaksikan perbuatan nista tersebut. Samba adalah anak suamiku dari istrinya yang lain, walaupun begitu Suteja sangat menyayangi Samba selayaknya adik kandungnya sendiri. Hatiku sangat bahagia melihat kerukunan mereka sampai pada hari ketika perselingkuhan itu terungkap, aku sungguh tidak mengira Samba tega berbuat hal itu pada kakaknya. Tapi Suteja telah dewasa untuk menyikapi berbagai persoalan hidup. Dia memaafkan Samba dan akan melupakan semua asalkan Samba berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

Samba memang pemuda tampan tapi bukan berarti Suteja tidak. Suteja sangat gagah dengan tubuh tinggi besarnya. Kumisnya melintang menambah kesan kewibawaannya. Masa kanak-kanaknya dia habiskan untuk selalu menemaniku di desa. Sampai saat ia tumbuh dewasa, Suteja tidak berubah. Dia hidup dengan kesehajaan, tidak pernah menginginkan hal-hal di luar batas kemampuannya. Dia selalu membantuku menjaga adik perempuannya, Sundari. Hingga hari dimana mereka tumbuh menjadi remaja yang tampan dan cantik, berat rasanya bagiku waktu itu untuk melepaskan mereka berdua menyusul ayahnya ke ibukota. Doa dan air mata kulepas untuk mengiringi keberangkatan mereka berdua. Buah hatiku, berhati-hatilah selalu. Biarkanlah aku, ibumu, tetap disini menemani dan merawat kakekmu.

Kegigihan usahamu, kemadirianmu, telah mengantarkan berbagai kemenangan hidup selayaknya laki-laki. Betapa aku bahagia manakala kau datang menjemputku untuk tinggal  bersamamu, menikmati segala hasil jerih payahmu. Tapi apa yang kudapati di hari ini, sungguh aku tidak pernah membayangkan sebelumnya. Semua impian itu kini telah musnah, seluruh harapanku kepada Suteja telah membeku. Setetespun kini aku sudah tak mampu mengeluarkan air mata. Kupandangi tubuh gagah Suteja yang terbaring didepanku. Bibirnya menyungging senyuman, matanya terpejam lelap. Sedang bermimpi indah apa kau, anakku, hingga kau tidak mau bangun lagi?? Sudah tidak inginkah kau mengambilkan ibumu ini air dari telaga?? Sudah tidak maukah kau menjaga adikmu dari godaan para pemuda-pemuda nakal?? Bangun, anakku !! Bangun, Suteja....!!!

Kenapa kalian tega memisahkan aku dari anakku..?? Kenapa kalian bunuh Suteja...?? Kenapa kalian tidak datang dulu padaku, pasti akan kutukar nyawa Suteja dengan nyawaku. Kenapa...?? Kenapa...?? Suteja memang telah melakukan kesalahan tapi apakah harus dengan cara ini dia harus menebusnya. Kalian yang dikata banyak orang sebagai manusia berbudi pekerti luhur kenapa mendadak menjadi buta dan tuli ketika menyaksikan perbuatan Samba yang berulang kali mengendap-endap ke kamar Suteja untuk melakukan tindak nista dengan istri Suteja. Kurang sabar apa Suteja yang masih memaafkan Samba, nyatanya kemurahan hati anakku malah dimanfaatkan Samba untuk terus mengulangi ulah bejatnya. Apa kalian pikir Suteja tidak boleh marah..?? Apa kalian pikir Suteja hanya sebongkah batu yang tidak punya perasaan...?? Apakah salah bila Suteja kehabisan kesabarannya..?? Apakah salah bila Suteja membela harga dirinya..?? Apakah salah bila Suteja membunuh Samba..??

Kalau Suteja salah, lalu siapa yang benar...?? Apakah menggoda istri orang itu perbuatan benar...?? Apakah perselingkuhan itu tindakan terpuji...?? Membalas kebaikan dengan kejahatan, apakah itu yang disebut jiwa ksatria...?? Kenapa kalian hanya diam. Seandainya kalian jadi Suteja, apa kalian tetap diam saja bila kepalamu diinjak-injak orang lain dan dianggap keset...?? Kenapa pula sekarang kau sebarkan berita kalau anakku orang jahat yang tega menghabisi nyawa saudaranya sendiri. Kalian katakan pada semua orang kalau anakku orang kejam dan bengis. Tapi kenapa kalian ceritakan pada orang banyak kalau Samba mati sebagai ksatria karena membela cinta. Kalian ucapkan pada semua orang kalau asmara antara menantuku dengan Samba adalah cinta suci.

Cinta suci....?? Cinta suci macam apa...?? Dalam bentuk apa cinta bisa dianggap suci...?? Apakah menyintai istri orang lain itu yang dianggap cinta suci...?? Apakah seperti ini kita mengartikan takdir cinta dengan ungkapan "jodoh" ..?? Kalian bilang kalau Samba dan istri Suteja saling menyintai, mereka jodoh sejati. Kalau mereka jodoh lalu sebagai apa ikatan tali perkawinan Suteja selama ini...?? Kalau tidak menyintai Suteja kenapa dulu Agnyanawati menerima pinangan Suteja. Apakah kalian tahu kalau 3 hari yang lalu Suteja datang padaku sambil menangis. Betapa hancur perasannya bahwa dari sejak menikah sampai sekarang Agnyanawati tidak mau melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Sebagai ibu, hatiku sangat sedih menyaksikan kegagalan rumah tangga anaknya. Dan apakah kalian juga tahu apa yang Suteja katakan padaku. Dia hendak menceraikan istrinya dan dengan tulus ikhlas akan menyerahkannya kepada Samba secara baik-baik. Bahkan Suteja merestui bila memang mereka adalah jodoh sejati. Suteja sangat menyayangi Samba, adiknya. Kalian tahu itu.

Di hari ketika Suteja menyampaikan itu semua di depan kalian, mengapa kalian semua tidak ada yang percaya. Kalian malah menuduh anakku punya maksud jahat hendak mencelakakan Samba. Bahkan Samba diam-diam pergi ke rumah anakku untuk melarikan istrinya. Apakah kalian juga buta ketika ditengah jalan menuju tempat anakku, Samba hendak memperkosa Wilutama, wanita yang selama ini mengatur kencan rahasia antara Samba dengan Agnyanawati. Dan kenapa lidah kalian juga menjadi kelu ketika Arjuna dengan sengaja menyediakan rumahnya sebagai tempat Samba dan Agnyanawati melepas birahi.

Kalau mereka tidak salah, lantas aku harus menyalahkan siapa...?? Apakah aku harus menyalahkan langit yang telah lalai hingga membuat Agyanawati yang semestinya berjodoh dengan Samba harus tertukar dengan Suteja. Tapi kenapa harus anakku yang menanggung semua kelalaian tadi...?? Aku tahu sekarang, Suteja kalian bunuh hanya untuk menutupi segala tindak nista dan candhala kalian semua. Kalian yang selama ini dianggap para manusia pandai, ksatria, luhur ternyata melakukan perilaku rendah yang memalukan. Dan kalian habisi nyawa anakku hanya untuk menutupi itu semua. Atau mungkin kalian takut pada Suteja. Kalian semua telah tahu kalau anakku orang cerdik, pintar dan kuat. Bila Suteja dibiarkan hidup maka dengan kemampuannya kalian khawatir Suteja akan mengganggu kekuasaan dan hegemoni kalian.

Sudahlah, alasan apapun yang akan kalian kemukan padaku semua sudah tidak ada artinya sekarang. Anakku tidak akan bisa hidup lagi. Kuabaikan semua kesedihanku, kurelakan kehancuran hatiku, kubuang kepedihanku karena mungkin inilah jalan hidup Suteja yang sudah menjadi kehendak dari Hyang Maha Kuasa, hanya saja aku ingin tegaskan pada kalian semua, "Anakku bukan orang jahat...!!". Sekali lagi kalian semua dengarkanlah baik-baik, "Anakku bukan penjahat...!!.''

[caption id="attachment_220986" align="aligncenter" width="539" caption="Suteja, Samba dan Agyanawati"][/caption]

Ref : Pagelaran wayang purwa lakon "Samba Juwing", dalang Alm. Ki Nartosabdo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun