Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gadis Itu Bernama Mirna (4)

16 Desember 2022   08:07 Diperbarui: 16 Desember 2022   08:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dikamar tidur itu tersedia pula bacaan, ada beberapa majalah wanita dan Koran. Ku coba membaca Koran yang terbit hari itu. Sebelum aku membuka lembar demi lembar, terdengar ketukan pintu perlahan. Aku segera melangkah.

Mirna mengulum senyum, "makan malam sudah siap om." Katanya sambil melangkah menuruni tangga. Ku ikuti saja langkah Mirna. Ruang tamu yang tertata rapi. Tak ada siapa-siapa diruang tamu tersebut. hanya ada aku dan Mirna.

"Mamamu tidak makan sekalian?" aku coba menanyakan hal itu. Mirna menggelengkan kepala katanya : "Aku jarang makan bersama Mama, dia terlalu sibuk, tak sempat ngurusai saya Om."

"emangnya mamamu bekerja sebagai apa?"

"Modeling om." Aku menggangguk, segera kunikmati hidangan makan malam hari itu.

Mirna masuk kamarnya, aku masih melihat siaran TV. Jam menunjukkan pukul 00.15. dari arah pintu masuk perlahan lahan melangkah, Lisa pulang, kelihatan letih sekali. Ia memandangku sekilas.

"maaf ya Bim, nggak sempat menyambut kamu." Aku tersenyum saja. Langkah Lisa agak sempoyongan, bahkan hampir jatuh kalau tak segera ku tangkap pundaknya. Ku papah sampai tempat tidurnya, bau alkohol terasa menyentuh hidungku.

"Temani aku dulu Bim." Aku mengerutkan kening, aku gelengkan kepala.

"kamu tampak letih sekali, tidurlah biar besuk pagi segar kembali." Lisa tak menjawab, ia memandangku sekilas dan merebahkaan tubuhnya ke tempat tidur.

Mungkin ini sebuah bentuk kegiatan di kota, caf-caf buka sepanjang malam, digunakan sebagai tempat ngobrol dan atau jurhat, tak jarang juga sekedar melampiaskan kekesalan dirinya dengan jalan pintas meneguk miras.

Aku sempat berpikir apakah kegiatan Lisa ini sudah diketahui Mirna atau belum. Sepertinya Mirna sebagai gadis yang tumbuh dan berkembang telah terbiasa hidup sendirian, walau bersama mamanya ia merasa tidak memiiki teman, dia banyak sekali bercerita padaku tetang papanya yang telah cerai dengan Lisa. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun