Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimi

19 September 2017   15:11 Diperbarui: 20 September 2017   08:28 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah masalahku dan hendaknya aku selesaikan segera, akhirnya ketika adikku tidak ada Kuliah, aku sering pakai motornya, dan setelah itu mimi nampak begitu bersemangat bercerita, bercerita tentang keluarganya, bercerita tentang kuliahnya, bercerita bagaimana menghadapi dosen pembimbingnya dulu. yah... akhirnya aku mendapatkan banyak informasi tentang Mimi.

"Besuk malam minggu jangan lupa kesini ya Mas." aku berkerut, tidak semudah itu aku datang, aku hanya bilang semoga adikku tidak ada jadwal kuliah besok. Mimi berkerut tapi iapun segera tersenyum, "Aku tahu masalah kendaraan kan".

Kuanggukkan kepala, ia membiarkan aku keluar ruangan, ia nampak masih melihatku hilang ditengah arus kendaraan di Jalan Solo.

                                                                                                          *

Malam minggu memang malam yang sungguh dinanti-nantikan bagi mereka yang lagi dimabuk cinta, sepertinya aku juga terkena hipnotis seperti itu, malam itu aku bersama Mimi, menelusuri Jalan dengan menggunakan sepeda motor, udara terasa dingin menyentuh tubuh ini. Aku sengaja menjadikan malam minggu sebagai hari untuk memberitahukan informasi-informasi yang penting kepada Mimi, sekaligus mempererat hubungan.

Di salah satu warung copy, di sudut kota Yogya, kami berhenti. mimi aku minta untuk memesan copy dan beberapa nyamikan untuk sekedar menemani kami ngobrol. Aku memang ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sungguh sangat penting, berkaitan tentang perjalanan persahabatan kami berdua."Sudah lama kita tidak ngobrol begini ya Mik."

Mimi mengulum senyum, "kelihatannya Mas Bimo hendak mengatakan sesuatu malam ini." Mimi berusaha untuk menerka, aku berusaha untuk menguatkan hati dan pikiran, berpisah untuk waktu yang cukup lama tentu akan banyak kendala yang mungkin terjadi diwaktu yang akan datang. Akhirnya aku mengatakan yang sebenarnya. Ku hela napas panjang, "Aku diterima kerja di Medan Mik." Mimi agak terkejut. Untuk beberapa saat ia berdiam diri, akupun tenggelam pada perdebatan batin yang susah juga untuk aku katakan selanjutnya.

"Terus bagaimana dengan kita?" Tanya Mimi kemudian. Aku tidak langsung berkata, masih menakar kalimat-kalaimat apa yang sebaiknya aku katakan pada Mimi. Lama kami berdiam diri, namun akhirnya aku mencoba untuk mengatakannya,

"Jarak bukan hal yang merintangi hubungan kita khan Mik, bagaimanapun aku dan kamu sudah sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih serius. karena itu, aku tetap menunggu mu hingga kita siap nanti. Sepertinya itu kalimat yang baik aku sampaikan pada Mimi, tak tahunya air mata Mimi mulai meleleh ke pipinya. Cahaya lampu yang menyoroti wajahnya nampak kilau airmata membasahi pipi. Ia memeluk erat tubuhku dan seakan tidak mau melepaskan. 

Aku berusaha untuk membisikkan, "Aku ingin tetap setia padamu Mik." itu kalimat terakhir yang aku sampaikan malam itu. 

Kamipun segera berbenah diri melanjutkan perjalanan ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun