Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mbak Kun

19 April 2017   08:36 Diperbarui: 19 April 2017   08:55 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang memanggilnya mbak Kun, sekalipun usianya sudah diatas empat puluh tahun, namun ia belum juga mau dipersunting oleh seorang lelaki, padahal seorang wanita diatas usia empat puluh tahun justru akan mendekati  meanopause.

Kelihatannya mbak Kun juga tidak begitu mempersoalkan masalah tersebut. Dirumah ia hidup bersama kedua adiknya yang berusia tiga puluh delapan tahun dan yang bungsu berusia tiga puluh lima tahun. Kedua adiknya juga belum menikah, kedua orang tuanya sendiri sudah meninggal lima tahun yang lalu.

Orang-orang di kampungnya bukannya tidak berminat untuk mempersunting tiga bersaudara tersebut akan tetapi dengan bertambahnya usia dan keputusan ketiganya yang belum mau menikah, orang-orang di kampungnya mulai memikirkan tentang keturunan.

Mungkinkah mereka dengan usia tersebut dapat di karunia anak? orang-orang berpikir sudah terlambat untuk menikah dan kalau menikah tentu sangat beresiko melahirkan, meski diantara tetangganya ada yang memiliki pemikiran bahwa keselamatan manusia ada  ditangan Tuhan, kalau Tuhan telah bersabda akan terjadilah, yang dirasakan mustahil bagi manusia, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil didunia ini.

***

Sebagai seorang pengajar di salah satu SMA di kotanya, mbak Kun berusaha mempersiapkan Satuan Pelajaran dengan sebaik-baiknya, persiapan tetap dilaksanakan, banyak orang berpendapat menjadi seorang Guru menang sehari artinya untuk memberikan pelajaran ada waktu semalam untuk mempersiapkan diri, pagi harinya segera di implementasikan pada siswa-siswanya.

Bagi mbak Kun tidaklah demikian ia justru mempersiapkan materi pelajaran jauh-jauh hari sebelumnya, seminggu sebelum materi di implementasikan pada siswa, telah memikirkan cara apa yang harus disampaikan, dengan alat peraga apa hendak disampaikan, langkah apa yang hendak di implementasikan.

Itulah bedanya, mbak Kun dengn pengajar lain di SMA tersebut, kesiapannya mempersiapkan materi pelajaran menjadi nilai plus tersendiri. Setidaknya penguasaan bahan menjadi salah satu yang memang telah menjadi bagian hidupnya.

Ia begitu bersemangat bila bicara tentang bidang tugasnya, begitu lancar mulutnya menjelaskan apa yang menjadi Focus of interest-nya, hingga tak sedikit teman-temannya yang mengagumi kecerdasannya, ia juga tak jarang menjadi wakil dari sekolahnya apabila ada lomba yang sesuai bidangnya yaitu teknologi Informasi.

***

Hari itu memang tidak seperti biasanya, mbak Kun kelihatan murung, ia duduk disalah satu sudut di kotanya. Disebuah warung kopi dengan mengenakan sebuah topi kesayangannya. Di tempat itu pula, ia pernah memiliki memori dengan seorang lelaki, Anton namanya. Begitu dekat ia dengan Anton dan tetangga-tetangga sudah punya pendapat bahwa Anton tentu akan menjadi calon suami bagi mbak Kun, namun hari yang dilalui tentu hanya mereka berdua yang mengetahui.

Mbak Kun pernah bercerita kalau Anton berselingkuh ia ternyata masuk golongan playboy dan ia trahu karena melihat sendiri peristiwanya, Anton bermesraan dengan wanita lain. Dan saat itulah mbak Kun memutuskan untuk jauh-jauh dari Anton. Kejadian seperti itu ternyata tidak hanya dilalui sekali dua kali saja, hingga ia memutuskan untuk berdiam diri, apatis terhadap lelaki, ia selalu dihantui pikiran-pikiran yang pernah dilakukannya dihari-hari sebelumnya, kalau ada lelaki mendekati ia selalu teringat kejadian dimasa lalu yang selalu memburuk, ia takut lagi untuk bercinta.

Sekalipun mbak Kun belum mau lagi menjalin hubungan serius dengan lelaki, namun mbak Kun sendiri memang memiliki sikap yang berbeda dengan kebanyakan wanita sebayanya, ia tidak cepat putus asa. Disatu sisi tetap bersemangat untuk membangun hidupnya, dengan memiliki kemampuan dibidang Teknologi Informasi, ia berusaha membangun jaringan online bagi wanita-wanita yang tengah putus bercinta, ia mengajak teman-teman untuk tetap bersemangat dalam hidup dan tetap menjadi teladan bagi masyarakat luas sekaligus juga menolong sesamanya yang membutuhkan bantuan.

Jaringan yang telah dibangun oleh mbak Kun bertambah luas dan banyak anggotanya. Media sosial yang dibangun menggunakan Web bikinan sendiri.

itulah mbak Kun, dalam kesendiriannya, dengan berbagai aktifitasnya yang cukup bermanfaat bagi orang lain, bahkan ia juga menaruh minat pada kaum devabel dan mencoba memberikan bantuan bagi yang berkekurangan untuk dapat berdiri diatas kakinya sendiri. Ia memiliki prinsip dalam memberikan bentuk bantuan, tidak sekaligusmemberikan ikannya namun ia berusaha untuk memberikan kail agar mereka dapat mencari ikannya sendiri. Itulah yang dikerjakan bersama komunitasnya.

Disamping itu, sebagai sosok wanita, ia berusaha menghimpun ibu-ibu muda di kampungnya, mengajaknya untuk berusaha membuat kegiatan positif, ia membuat warung hidup dengan memanfaatkan lahan terbatas di rumah-rumah penduduk. Dengan sistem tanaman hidroponik menggunakan pupuk organik.

Apa yang disampaikan mbak Kun ternyata mendapat tanggapan cukup baik. di kampungnya telah banyak memanfaatkan tanah pekarangan dengan tanaman Hidroponik sebagaimana direncanakan oleh mbak Kun.

Setiap ada hasilnya di informasikan ke Media Sosial dan itu ternyata cukup membantu dalam hal berpromosi. Dengan informasi demikian, tidak jarang di Kampungnya kedatangan tamu untuk melihat-lihat tanaman organik yang menggunakan sistem hidroponik tersebut, mereka tidak jarang membeli hasilnya dan itu berlangsung hampir setiap hari ada saja yang berkunjung di kampungnya untuk menanyakan bagaimana perkembangan tanaman hidroponik dan bagaimana caranya bisa berhasil seperti itu.

Untuk ukuran kampungnya ia dikenal sebagai sosok Kartini yang hidup ditengah-tengah perkembangan zaman saat ini, sekalipun ada masalah lain yang selalu menghantui hidupnya namun ia tetap meperjuangan orang lain supaya orang lain juga memiliki, dan menikmati kelimpahan perjuangannya. (2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun