Mohon tunggu...
Efatha F Borromeu Duarte
Efatha F Borromeu Duarte Mohon Tunggu... Dosen - Ilmu Politik Unud, Malleum Iustitiae Institute

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Badan Intelijen Militer Israel: Mengungkap Sejarah, Doktrin, dan Implementasi Strategi

30 Juni 2023   17:04 Diperbarui: 30 Juni 2023   21:18 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumlah Va'adat (1977) dok pribadi

Halo, para pembaca!

Saat ini saya ingin mengajak Anda untuk memahami lebih dalam mengenai salah satu lembaga intelijen yang memiliki peran vital dalam pertahanan Israel, yakni Badan Intelijen Militer Israel. Dalam tanah yang sarat dengan sejarah dan ketegangan politik, Israel telah membangun doktrin intelijen dan pertahanan yang kuat untuk melindungi negara dan warganya. Mari kita telusuri bersama konsep pertahanan Israel yang menarik ini!


Dari kiri (Logo: Shabak, Aman, Mossad)
Dari kiri (Logo: Shabak, Aman, Mossad)
Mengulas Struktur Intelijen Israel

Pertama-tama, mari kita lihat struktur Badan Intelijen Israel yang didasarkan pada kerjasama erat antara beberapa lembaga intelijen. Aman (intelijen militer), Mossad (intelijen luar negeri), dan Shabak (keamanan internal) merupakan lembaga utama yang membentuk struktur intelijen Israel. Aman adalah badan intelijen militer tertinggi di Pasukan Pertahanan Israel atau yang biasa disebut Israel Defense Force (IDF) dan bertanggung jawab atas peringatan dini, laporan intelijen harian, serta menjaga keamanan Israel selama masa perang.

Organization of Israeli Intelligence and Security Services, 1977 | presscom.co.uk/middle-east/israel/israel_intelligence-service.html
Organization of Israeli Intelligence and Security Services, 1977 | presscom.co.uk/middle-east/israel/israel_intelligence-service.html

Dalam sejarahnya, pada awal berdirinya negara Israel, Haganah, organisasi militer utama, bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen. Unit elitnya, Scherut Jediot (layanan rahasia) atau Shai, memiliki peran penting dalam hal ini. Pada akhir 1940-an, Perdana Menteri David Ben Gurion menginstruksikan Shai untuk membentuk struktur layanan intelijen rahasia yang terpisah untuk Israel. Berdasarkan Shai, Re'uven Shiloach mendirikan empat layanan independen: Aman, Schin Bet, Machleket Hacheker (layanan intelijen luar negeri), dan Mossad le-Aliya Bet (Institut Imigrasi Ilegal). Pada pertengahan tahun 1949, Shiloach juga mendirikan Komite Kepala Operasi Rahasia sebagai badan pengawas. Pada tahun 1963, badan ini secara resmi disebut "Institut Intelijen dan Tugas Khusus," atau Mossad.

Selain lembaga-lembaga terkenal tersebut, ada satu cabang dinas intelijen yang kurang dikenal, yaitu Badan Intelijen Teknologi Lakam. Badan ini bertugas mendapatkan informasi ilmiah dan melakukan penelitian teknologi. Namun, peran Lakam mengalami penurunan signifikan pada tahun 1980-an.

(Gadi Eizenkot, 2015) | via washingtoninstitute.org
(Gadi Eizenkot, 2015) | via washingtoninstitute.org

Doktrin IDF

Sekarang, kita beralih ke doktrin pertahanan IDF, yang pertama kali diterbitkan dalam Buku Putih pada Agustus 2015 oleh Letnan Jenderal Gadi Eizenkot, Kepala Staf Umum IDF. Doktrin ini dirancang untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang respons militer strategis dan operasional terhadap ancaman utama yang dihadapi oleh Israel.

Dalam beberapa tahun terakhir, lingkungan strategis Israel telah mengalami perubahan dramatis yang signifikan dalam sifat dan potensi ancamannya. Ancaman konvensional dan sub-konvensional mengalami penurunan, sementara ancaman non-konvensional dan ancaman dunia maya meningkat. Dalam menghadapi ancaman tersebut, Eizenkot mengembangkan konsep pembalasan tiga tahap.

Tahap pertama melibatkan serangan terhadap sasaran yang memiliki nilai strategis tinggi dengan memperhatikan prinsip proporsionalitas sesuai dengan hukum internasional. 

Tahap kedua melibatkan memberikan peringatan dini kepada warga sipil yang tinggal di sekitar sasaran yang bernilai tinggi. Tujuannya adalah melindungi warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik dan memberi mereka kesempatan untuk mengungsi. 

Setelah sebagian besar warga sipil telah dievakuasi, tahap ketiga dimulai dengan serangan ekstensif terhadap target musuh, dengan tetap mematuhi batasan hukum internasional. Konsep pembalasan tiga tahap ini terbukti berhasil selama Perang Lebanon Kedua dan memberikan periode ketenangan dan kemakmuran bagi kedua belah pihak, baik di perbatasan Lebanon maupun di Israel.

Selain itu, doktrin pertahanan IDF mendasarkan strategi pertahanan pada pendekatan defensif, namun tetap memiliki ambisi teritorial. Doktrin ini berusaha menghindari terjadinya perang melalui upaya politik dan sikap pengekangan yang kredibel. Tujuannya adalah mencegah eskalasi konflik, menentukan hasil perang dengan cepat dan tegas, serta mengadopsi strategi operasional yang defensif namun taktis ofensif. Menariknya, doktrin militer dan strategi sering kali mengalami perubahan dan pembaruan dalam lingkungan keamanan yang terus berubah. Dalam perkembangannya, doktrin pertahanan IDF telah terus beradaptasi dan berevolusi untuk memastikan keefektifan dan keberlanjutan pertahanan negara. 

Istilah-istilah | dok pribadi
Istilah-istilah | dok pribadi

Doktrin Dahiya

Doktrin Dahiya adalah strategi militer yang kontroversial yang dirancang oleh Jenderal Israel Gadi Eizenkot untuk peperangan asimetris di daerah perkotaan. Strategi ini melibatkan serangan yang sengaja ditujukan kepada infrastruktur sipil sebagai sarana untuk mencapai tujuan pencegahan dan deterensi terhadap musuh. Nama "Dahiya" merujuk pada lingkungan Dahieh di Beirut yang mengalami kerusakan parah akibat serangan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama Perang Lebanon tahun 2006. Meskipun tujuan pendukung doktrin ini adalah untuk mencegah tindakan musuh dengan menargetkan populasi sipil dan infrastruktur, implementasinya telah mendapat banyak kritik karena mengakibatkan kerusakan yang tidak proporsional dan melanggar hukum humaniter internasional.

Doktrin Dahiya diumumkan oleh Jenderal Gadi Eizenkot pada Oktober 2008, dengan serangan yang dilakukan pada desa-desa yang dianggap sebagai sumber serangan dan tembakan terhadap Israel. IDF menggunakan kekuatan yang tidak sebanding untuk menyebabkan kerusakan luar biasa dan menghambat kemajuan musuh. Strategi ini bertujuan untuk menghindari perang gerilya besar-besaran dengan mengerahkan pasukan besar yang tidak sebanding dengan skala aksi musuh. 

Tetapi, implementasi Doktrin Dahiya telah menuai kontroversi, dengan laporan dari UN Fact Finding Mission on the Gaza Conflict tahun 2009 yang menyatakan bahwa doktrin ini diterapkan selama konflik Gaza, meskipun ada perbedaan pendapat terkait kesimpulan tersebut. Laporan dari Public Committee Against Torture in Israel tahun 2009 juga mencatat bahwa pendekatan militer dalam doktrin ini menimbulkan serangan terhadap infrastruktur sipil dan penderitaan warga sipil.

Penting untuk memahami bahwa Doktrin Dahiya hanyalah satu bagian dari strategi militer Israel dan harus dipahami dalam konteks yang lebih luas terkait dengan kebijakan keamanan dan pertahanan negara tersebut. Sementara pendukung strategi ini berpendapat bahwa serangan terhadap infrastruktur sipil dapat mencegah tindakan bermusuhan, kritik terhadap implementasinya menyoroti dampak yang tidak proporsional dan pelanggaran hukum humaniter internasional yang mungkin terjadi. Diskusi dan evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan lebih baik implikasi etika dan efektivitas Doktrin Dahiya dalam konteks konflik bersenjata.

Aziza Ousayran, 77 Setelah lebih dari seminggu serangan udara Israel dalam Oprasi Doktrin Dahiya (Foto AP / Ben Curtis) 
Aziza Ousayran, 77 Setelah lebih dari seminggu serangan udara Israel dalam Oprasi Doktrin Dahiya (Foto AP / Ben Curtis) 

Penutup

Secara keseluruhan, doktrin intelijen dan pertahanan Israel merupakan respons yang komprehensif dan sistematis terhadap ancaman yang dihadapi negara ini. Dalam menghadapi lingkungan keamanan yang selalu berubah, Israel terus mengembangkan strategi dan respons yang adaptif. Dokumen-dokumen doktrin ini mencerminkan komitmen Israel untuk melindungi diri dan warganya serta mengadopsi strategi pertahanan yang efektif dan proporsional. Dalam menghadapi tantangan masa depan, Israel terus memperkuat kekuatan pertahanannya dengan melibatkan aspek militer, teknologi canggih, dan perang siber. Mereka berusaha untuk mengintegrasikan intelijen yang beragam dan mengadopsi pendekatan yang seimbang dalam menilai ancaman.

Jumlah Va'adat (1977) dok pribadi
Jumlah Va'adat (1977) dok pribadi

Semoga ulasan ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai badan intelijen militer Israel, doktrin pertahanan mereka, serta tantangan dan evolusi yang mereka hadapi. Tetaplah mengikuti perkembangan terbaru untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang topik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun