Sejarah Singkat :
Berdasarkan asal-usul daerah yang didukung adanya ciri-ciri dan cerita turun-temurun dari berbagai tokoh masyarakat, yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat desa karanganyar dan generasi sekarang. Maka dari itu sedikit mulai diungkap asal-usul sejarah Desa Karanganyar, yaitu pada zaman dahulu ada seorang menantu Syekh Syarif Durrahman yang diutus untuk membabat alas pada waktu itu dinamai desa bungkus.
Kemudian selang berjalannya waktu Syekh Syarif Durrahman membangun sebuah langgar panggung, bertempatnya diperempatan gang monas kebarat pinggir kali. Disitu beliau juga mempunyai santri yang namanya Songket Anom dan putra-putranya Mbah Muntasim dan Mbah Luwono.
Kemudian perjuangannya babat desa diteruskan oleh Mbah Muntasim dan Mbah Luwono, perjuangan tersebut diteruskan kembali oleh Syekh Idris yaitu menantu Mbah Luwono. Dan yang tadinya bernama bungkus menjadi nama desa karanganyar yang diresmikan oleh pemerintahan mataram pada saat itu. Dan nama desa karanganyar menjadi desa tertua dikecamatan tirto.
Pada waktu itu pula syekh idris belum menjadi menantu Mbah Luwono, dan setelah menjadi menantunya, Syekh Idris membuat sumur yang sekarang menjadi sumur tertua dikaranganyar dan masjidnya. kemudian itu Syekh Idris mempunyai menantu yakni Mbah Mustofa yang memiliki sebutan “Mustopo”, beserta keturunan-keturunan dari solo. Dari singkat cerita tersebut sampai sekarang terbentuklah kata dari bungkus berubah menjadi desa karanganyar.
Warisan Desa Karanganyar :
Pencak silat suatu seni bela diri tradisional yang menyebar diseluruh Indonesia yang mana diajarkan secara bersama-sama, pencak silat yang diajarkan ini juga sudah ada dan dipakai untuk melawan penjajah pada zaman dulu.
Berkembang dari ilmu bela diri dan seni tari rakyat yang menjadi bagian dari latihan spiritual, terdapat pula aliran-aliran tertentu didalamnya yang menunjukan bahwa kekayaan budaya masyarakat ini ada nilai-nilai tertentu didalamnya.
Pencak silat disini merupakan salah satu bentuk warisan tak benda dari desa karanganyar sejak zaman dulu yang sampai sekarang dilestarikan oleh anak muda.
Seiring perkembangnya zaman banyak sekali yang luput dari warisan budaya, tak hanya itu juga disebabkan dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pencak silat jangkah telu ini sebagai bukti dari warisan nenek moyang yang sampai saat ini masih dilestarikannya. Para leluhur desa karanganyar ini menggunakan pencak silat untuk melindungi diri dan mempertahankan kehidupannya dari tantangan alam. Adapun tujuan mempelajari pencak silat jangkah telu ini adalah untuk melatih kekuatan mental, membela diri dan melatih kekuatan tubuh.
Dinamakan pencak silat jangkah telu ini karena terdiri dari tiga gerakan. Pencak silat ini juga masih berhubungan dengan sejarah desa karanganyar yang sampai sekarang banyak yang terkubur oleh para leluhur dan hanya sampai sedikitnya saja diceritakan.
Tak hanya itu, seiring berjalanya waktu pencak silat jangkah telu ini ini sudah mulai terkenal dan banyak diundang diberbagai event desa seperti: menyambut datangnya bulan ramadhan yang menggelar tradisi megengan dengan menampilkan seni budaya diantaranya pencak silat jangkah telu. warisan budaya ini menjadi bagian dari kepribadian dan budaya daerah lokal khususnya desa karanganyar.
Yang mana memiliki keunikan tersendiri yakni dengan menampilkan budaya peninggalan leluhur yang sudah jarang ditampilkan. Selain itu peserta pencak silat jangkah telu yang dimainkan oleh anak-anak beserta orang dewasa ini juga sangat aktraktif dalam memperagakan gerakan pencak silatnya. Hal ini pun mendapat perhatian lebih dari kepala Desa karanganyar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H