Hal ini tertuang dalam Q.S. Ibrahim, 7:
Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
Berdasarkan surat tersebut bahwa ada keselarasan antara tradisi slametan dengan agama islam yang mana tradsi slametan ditujukan sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Selain dari ayat Alqur`an, perintah agar selalu bersyukur atas nikmat dari Allah SWT banyak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Rasa syukur atas nikmat Allah bukan hanya diungkapkan dengan perkataan, tetapi bisa juga dengan tindakan seperti halnya mengadakan syukuran yang menyajikan hidangan makanan. Hidangan tersebut ditujukan sebagai konkretisasi rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT.
Maka, sebuah tradisi dapat dijadikan atau berfungsi sebagai simbolisasi terciptanya tingkah laku pada masyarakat yang berdasarkan aturan yang berlaku dimasyarakat itu sendiri. Namun Pada dasarnya budaya tidak akan bisa lepas dari simbolisme, seperti halnya ketika menyikapi al Quran dan sunnah sebagai sumber ajaran dalam Islam.
ReferensiÂ
Abidah, N. (2017). Perilaku beragama Tunakarsa di kawasan ziarah makam Sunan Drajat Lamongan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Akhmad, Nurul. 2019. Ensiklopedia Keragaman Budaya. Semarang: ALPRIN.
Ghufron, Nur, Rini Risnawati. 2010. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA
Khabib, M. N., & Zafi, A. A. (2020). Prespektif Islam Mengenai Tradisi Manganan di Punden Lamongan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Setiyani, W. (2018). Keragaman perilaku beragama. Yogyakarta: Dialektika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H